Jumat, 11 Mei 2018

Agen Judi Bola Poker Online Terpercaya

Cyberjd.com Situs judi online, Agen Judi Bola aman dan terpercaya dengan izin resmi. live casino online, togel online, togel online, agen poker online , mesin slot games dan jackpot, e-games.






Dengan Banyaknya Web judi yang belum terjamin aman sekarang kami buktikan di www.cyberjudi.com yang merupakan Agen Taruhan Terpercaya dan Terbaik di Indonesia

Cyber Judi menyediakan Poker Online, Live Casino, dan Togel. Semua Permainan Game disini memiliki sistem canggih dalam menjaga akun anda dari penipu atau HACK .Server dari semua permainannya sangat besar dan adil ( Fair Play ) jadi di jamin PLAYER vs PLAYER tanpa robot (BOT).

Cyber Judi sudah teruji kemanan dan kualitasnya karena prioritas utamanya adalah membuat semua anggota / member merasakan kenyamanan .Melayani dengan cara cepat proses Deposit dan Withdraw dalam hitungan tidak sampai 2 menit semua transaksi bisa terselesaikan.


1. Bonus CASHBACK SPORTBOOK hingga 10% Setiap Minggunya

2. Bonus REFFERAL SPORTBOOK 0.1 % Setiap minggunya

3. Bonus COMISI SPORTBOOK hingga 0.5 % Setiap Minggunya

4. Bonus TurnOver Poker Terbesar hingga 0.5%

5. Bonus Rollingan CASINO 0.8 %

6. Bonus DISKON TOGEL Terbesar hanya ada id Cyber Judi


4D DIKSON 66 %
3D DISKON 59.5%
2D DISKON 29.5%


Kami memiliki alternatif Link seperti:

www.cyberjudi.com
www.cyberjd.com
www.wayangmas.com
www.wongapik.com



Game permainan di Cyber Judi sudah terbukti dan di survey oleh ribuan masyarakat yang ada di Indonesia.Memiliki Customer Service yang ramah dan sopan melayani 24jam masalah para member untuk mengakses Web kami,berikut Informasi Customer Service kami:.Coba dan Buktikan Sendiri.

PIN Blackberry : Cyber Judi
SMS : +66644367323
Link LIVECHAT : Klik Disini

Senin, 17 Oktober 2016

Tante, Kita Ngentot Yuk


"Tante, kita ngentot yuk..." begitu tiba-tiba Gilang mengatakan kepada tantenya. Tantenya merasa terkejut mendengar perkataan keponakannya itu.
"Kamu tau dari mana bicara seperti itu?" tanya tantenya terkejut.
"Dari Tony," kata Gilang cepat.
"Tony itu siapa?"
"Itu teman main Gilang yang di depan rumah kita," jawab Gilang.
"Tony yang tinggi kurus itu?" tanya tantenya pula. Gilang mengangguk. Tony memang teman Gilang setiap kali bermain. Tony sudah kelas 2 SMP sedang gilang masih kelas enam SD berusia 13 tahun.
"Tony bilang begitu kepada siapa" tanya tantenya ingin tahu.
"Kepada tantenya. Katanya, ngentot sama tantenya itu enak sekali. APa benar ngentot itu enak tante," tanya Gilang lebih ingin tahu pula.
"Lalu tantenya bilang apa?" tante Gilang lebih ingin tahu pula.
"Jangan kuat-kuat kalu bicara, nanti didengar orang. Apa kamu sudah sangat ingin? Ayo masuk ke kamar duluan," Gilang menirukan suara tantenya.
"Lalu?"
"Tony masuk kamar, kemudian tantenya mengunci pintu. Dari jendela AKu lihat Tantenya masuk kamar juga," Gilang menejlaskan pula.

"Setelah masuk kamar, kan Gilang tidak tahu apa yang mereka lakukan," kata Tantenya pula.
"Aku mengintip dari tempat lain. Aku lihat Tony dan tantenya mebuka pakaian mereka. Lalu berciuman dan tindih-tindihan<' kata Gilang.
"Lalu," Tante Gilang ingin tahu, tapi mendengar cerita itu dia antusias sekali dan mulai horny. Tak sabar dia untuk mengetahui bagaimana pengamatan Gilang antara Tony dan Tantenya itu.
"Aku tanya Tony. Tony cerita, kalau itu namanya ngentot. Enak katanya Tante," ujat Gilang pula. Tante Gilang sangat terkejut sekali mendengar cerita Gilang keponakannya itu. Gilang adalah anak dari kakak kandungnya.
"Tante...Gilang mau ngentot juga sama tante. Boleh kan," tanya Gilang lebih menginginkan.
"Kita ke kamar yuk Tente," ajak Gilang. Di tariknya tantenya memasuki kamar tidur tantenya di lantai atas. Duh...anak ini. Apa yang dia tahu tentang seks, pikirnya. Rasa ingin tahunya menjadi lebih tingi lagi.

Di kamar, Tony membuka celananya dan mempermainkan burungnya. Tantenya melihat tingkah laku keponakannya itu menjadi terasa geli. Tante Gilang berusia 32 tahun, belum menikah dan bekerja sebagai sebuah staf di sebuah perusahaan dan tinggal bersama keluarga Gilang.
"Diisap dong Tante," kata Gilang kepada tantenya.
"Apa tantenya Tony tadi menjilati burungnya Tony," tanya tantenya pula.
"Iya tante,"
"Mana besar burung kamu dengan burung Tony, " tanya tantenya.
"Sama tante."
"Gak mau ah. Nanti kamu cerita kepada Tony dan kepada orang lain. Tante jadi malu. Nanti kamu juga akan dimusuhi orang-orang. Kalau mama dan papamu tahu, kamu juga pasti kena marah," kata Tantenya memancing.
"Sumpah tante, Gilang tidak akan cerita kepada siapa pun juga," kata Gilang berjanji.
"Kamu mengintip Tony dan tantenya sampai habis?" tanya tantenya pula.
"Iya tante..."
Jadi kamu sudah siap menirukan apa yang dilakukan tantenya kepda Tony?"
"Iya tante. Janji," Gilag mengiyakan pula. Tantenya pun jongkok, lalu memasukkan burung Gilang ke dalam mulutnya dan mulai mempermainkan burung Tony dalam mulutnya. Tak lama, burung Gilang pun mengeras. Melihat burung tony, tantenya menjadi horny juga. Dia tak mengira, burung Gilang bisa sebesar itu, Kira-kira sebesar jari jempol kakinya. Panjang sedikit lebih panjang dari jari tenganya. Keras dan licin.
"Tante buka baju dong. Gilang mau isap tetek tante," kata Gilang. Di tatapnya keponakannya itu. Perlahan dia membuka pakaiannya, hingga tinggal bra dan celana dalam saja. Lalu branya dia lepas dan menyodorkannya kepada Gilang.
"Nah...isaplah," katanya. Gilang mulai mengisap-isap tetek tantenya. Si tante benar-benar menjadei horny. Mulanya dia iseng ingin tahu, apakah keponakannya itu hanya bergurau saja atau tidak. Mungkin dia banyak mendengar cerita Tony atau melihat sendeiri dan mendengar pembicaraan Tony dan tantenya. Bukankah dia tadi mengatakan, kalau Gilang harus meniru apa yang dilakukan Tony kepada tantenya?

"tante tidur dong. Biar Gilang naik di atas tante. Biar gilang masukkan bvurung Gilang," katanya tegas. Tantenya sedikit ragu. Apa benar ini? Tapi dalam hati, tantenya iongin tahu kebenaran, apa Gilang sudah bisa memasukkan burungnya? Tantenya pun menelentangkan tubuhnya di atas lantai dan mengangkangkan kedua kakinya. Gilang masuk ke antara kedua paha itu. Dia tusuk-tusukkan burungnya, tapi susah mengena ke lubang pagina tantenya. Akhirnya tantenya mengambil inisiatif dan memegang burung itu dan mencelupkannya ke dalam paginanya yang sudah basah itu.

"Akh..." si Tante meringis. Gilang tidak mengertyoi makna rintihan itu. Dia tekan terus burungnya.
"Pelan Laaaangg," Tantenya merintih. Tantenya mash perawan walau sudah berusia 30-an. Gilang terus menekan burungnya sampai semua bersarang ke dalam pagina itu.
"Udah dulu. Tahan dulu. Sakit," kata tantenya. Di tariknya kepala Gilang untuk mengisapi teteknya agar Gilang berhenti menekan burungnya. Beberapa saat kemudian, tantenya menekan-nekan pantat Gilang. Gilang mulai menarik burungnya dan kemudian menekan kembali.

"Pelan-pelan sayang. Kalau tak mau pelan-pelan, udhaan saja," kata si tante. Gilang meniru kelakukan Tony menarik cucuk burungnya ke dalam lubang tantenya sembari memeluk tantenya. Gilang juga melakukan itu. Byukankah tadi tantenya sendiri mengatakan agar Gilang meniru apa yang dlakukan oleh Tony kepad tantenya? Lama kelamaan, si tante mengimbangi perlakuan Gilang. Gilang yang lebih pendek dari tantenya, mengarahkan kepala Gilang ke tetek untuk mengisap. Gilang sembari memeluk, terus mencucuk tarik burungnya. Tak lama, Gilang menakan kuat-kuat burungnya, lalu berhenti mengisap teteknya. Tantenya sangat kecewa. Mungkin Gilang sudah orgasme, sementara tantenya belum apa-apa, selain sedikit merasakan sakit, walau sudah sempat merasakan nikmat.

Gilang meanrik tubuhnya dari tubuh tantenya. Dia mekaai celananya dan ke kamar mandi untuk pipis. Si Tante merenungi dirinya, karena paginanya sudah tak virgin lagi. Mulanya hanya ingin tahu, tapi kejaidannya justru membuat dirinya tidak virgin. Dengan wanti-wanti tantenya mengancam Gilang untuk tidak bercerita kepada siapa-siapa.
Sejak saat itu, justru si tante yang ketagihan dan meminta, kalau Gilang lupa untuk memintanya untuk ngeseks. Ai Tante membuat kode. Kalau dia mengedipkan mata sebelah kanan, berari, siap-siap untuk bersetubuh. Kalau mengedipkan mata sebelah kiri, berarti tidak aman dan harus sabar. Gilang mengerti akan kode itu. Ketika Gilang mengedipkan mata sebelah kanan, dia menungu jawaban dari tantenya. Jika tantenya mengedipkan mata sebelah kanan juga, berarti mereka harus naik ke lantai atas untuk bersetubuh. Tapi kalau tantenya membalas dengan kdipan mata sebelah kiri, berarti belum aman dan harap bersabar.

Penisnya Menyentuh Rahimku

Aku seorang wanita (sebut saja Melati) umurku saat ini 30 th. Perawakanku terbilang kecil dengan tinggi 153 cm dan berat 40kg. Aku boleh dikatakan sangat menjaga diri, bahkan aku selalu mengenakan busana muslimah dengan rapat setiap keluar rumah. Itulah sebabnya kulitku selalu kelihatan putih terawat meskipun aku tidak pernah melakukan perawatan diri ke salon kecantikan. Bahkan teman-temanku mengatakan kalau wajahku masih seperti anak kuliahan. Aku tinggal di dekat lingkungan pesantren di kota J.

Kejadian ini bermula tahun 2005 saat aku menikah dengan seorang yang telah beristri, dan aku menjadi istri keduanya waktu itu. Suamiku ini sebenarnya baik dan mencintai aku. Dan aku pun mencintai dia. Akan tetapi kehidupan rumah tanggaku biasa-biasa saja. Hal itu terjadi mungkin karena pernikahanku sejak awal tidak atas izin istri pertamanya. Sehingga perjalanan rumah tanggaku banyak terjadi permasalahan dikarenakan hal itu. Suamiku pun pada akhirnya dihadapkan pada pilihan yang sulit, sehingga tidak bisa berlaku adil kepada istri-istrinya. Bahkan buat diriku sangat jarang dia bisa bermalam bahkan hanya untuk satu malam saja. Pertemuanku dengan suami sangat terbatas hanya pada siang hari saja, meskipun itu aku anggap cukup untuk merajut kemesraan bersamanya. Akan tetapi lama kelamaan aku jadi sering merasa kesepian. Hal itu cukup lama berjalan, tapi aku tetap berusaha untuk sabar dan menerima semua ini sebagai sebuah takdir yang harus aku jalani.



Aku bertetangga dengan seorang wanita (sebut saja M) yang suaminya mempunyai bisnis di luar jawa. M kurang lebih sama seperti aku, dalam hal pemahaman agama dan berbusana. Awalnya kami sering bertemu dalam majelis pengajian di pesantren. Akhirnya kami berkenalan dan kami merasa ada kecocokan. Mengingat M ini juga ditinggal suaminya berbisnis di luar jawa, sehingga dia di rumah hanya bersama ketiga anaknya yang masih kecil. Itulah sebabnya aku sering bertandang ke rumahnya dan kami menjadi akrab. Dia baik sama aku, suka membantu dan menolong.

Sampai suatu saat terjadilah musibah gempa bumi yg mengerikan di kotaku. Musibah itu telah meluluhlantakkan hampir seluruh rumah dan bangunan di desaku, termasuk rumahku. Alhamdulillah aku selamat. Itulah awal dari persimpangan kisah hidupku. Setelah musibah itu aku ditawari untuk tinggal di rumah M yang meskipun sederhana namun selamat dari kerusakan parah dan masih layak ditempati. Setelah itu aku jalani hari-hariku di rumah keluarga ini. Selang beberapa hari setelah musibah itu suami M (sebut saja AH) pulang dan akhirnya menutup usahanya di luar jawa demi untuk bersama keluarganya yg sedang tertimpa musibah.

Aku menempati sebuah kamar yg sederhana. Tempat tidur tanpa dipan dan ruang kamar itu tanpa pintu. Hanya ditutup kain korden. Meski demikian, aku sangat bersyukur dalam kondisi sulit seperti ini ada tetangga yg benar2 tulus mau membantu. Aku menjadi akrab dengan mereka dan anak2nya. Setiap hari kami saling membantu membereskan rumah dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya serta mengurus anak-anak AH.

Dua minggu setelah musibah itu aku periksa ke bidan dan aku baru tahu kalau ternyata aku hamil 2 bulan. Pantas saja, akhir-akhir ini badanku sering terasa capek dan malas untuk beraktivitas seperti biasa. Aku sangat gembira dengan kehamilan pertamaku ini. Aku berharap semoga dengan kehamilanku ini bisa menambah perhatian suami terhadapku. Akupun menyampaikan kabar bahagia ini kepada suamiku.

Hari2 berlalu…..

Namun harapanku akan perhatian suamiku nampaknya harus aku pupus. Suamiku masih bersikap seperti biasanya. Dia masih lebih perhatian pada istri pertamanya, sedangkan untuk diriku tidak lebih sebatas kebutuhan-kebutuhan lahiriah yang dipenuhinya.

Akan tetapi aku sedikit terhibur dengan keberadaanku di keluarga AH ini. Lama kelamaan kami menjadi seperti keluarga yang cukup akrab.

Keakrabanku dengan AH dan keluarganya terkadang membuat batas diantara kami menjadi longgar. Terlebih lagi memang rumah keluarga AH ini tidak luas. Terkadang aku kepergok AH dalam kondisi aku tanpa jilbab. Aku merasa risih sebenarnya, tapi mau gimana lagi ?

Hari2 berlalu sejalan dengan keberadaanku di tengah2 keluarga mereka…

Suamiku seminggu sekali menjenguk aku di rumah AH ini. Terkadang kami keluar berdua, dan sorenya aku dipulangkan ke rumah AH.

Keadaan seperti itu berlangsung kira2 sebulan.

Sampai suatu hari, AH menyatakan sesuatu kepadaku yang cukup membuat aku terkejut.

Yang intinya memberikan harapan padaku bahwa dia bersedia menikahi aku jika saja aku mau bepisah dg suamiku. Aku terkejut bukan main atas niatnya itu. Awalnya aku menolak secara halus. Tapi ketika dia mengatakan bahwa permasalahanku saat ini sudah dia konsultasikan dengan para Kyai (di pesantren), dan semua menyarankan dalam kondisi suamiku yang tidak bisa lagi berbuat adil maka lebih baik berpisah saja. Saat itu aku mulai gamang…. Antara ya dan tidak.
Kadang aku merasa ada benarnya pendapat AH itu, tapi aku juga takut jika harus berpisah dengan suamiku, dan menyandang predikat janda.

Aku, M dan AH terkadang mendiskusikan kondisiku saat itu. Dan dari sekian argumen yang kami ajukan, selalu berujung pada kesimpulan “lebih baik berpisah daripada terdholimi terus…”

Akan tetapi sampai sejauh itu, M belum tahu jika AH sudah mempunyai niat untuk menikahi aku nantinya. AH bilang kepadaku untuk sementara waktu menyimpan dulu hal itu sampai nanti dia sendiri yang akan menyampaikan ke M kalau waktunya tepat.

Dari seringnya kami bertukar pikiran, dan terkadang di situ ada saat saling curhat diantara kami, aku semakin merasa tentram. Sedikit demi sedikit tanpa aku sadari aku merasa mendapat sandaran baru. Sebuah sandaran yang bisa memberikan rasa tenang dan bisa menerima aku. Sementara itu sandaran lamaku aku rasakan mulai usang, dan menjadi hambar bahkan kadang menyakitkan.

Suatu malam ketika aku tertidur sangat lelap (mungkin karena kecapekan dan kondisi kehamilanku)…. Tiba2 aku merasakan ada sensasi hangat menjalar ke seluruh tubuhku….. Antara sadar dan tidak, aku merasa suamiku mendatangi aku…. Akupun menyambutnya dengan perasaan sangat bahagia, bagaikan orang yang telah lama tidak berjumpa dan memendam rindu yang sangat dalam…

Dia mulai mencumbuiku, dari ujung kaki….naik ke betis, lalu paha dan akhirnya ke bagian yg paling sensitive.. Dia cumbui bagian itu dg lembutnya, sampai akupun merasakan sensasi nikmat yg sangat.. Antara setengah sadar aku merespon semua itu dengan birahiku yg mulai memuncak…

Setelah itu aku rasakan dia melepas celana dalamku….akupun hanya pasrah…karena memang aku juga sudah sampai puncak birahi.. Dia mencumbui bagian itu sampai akhirnya dalam keadaan setengah sadar, aku merasakan kenikmatan yang sangat.. Sampai ketika aku rasakan ada sesuatu yg mulai mendesak masuk ke kemaluanku, aku tersadar dan membuka mata….

Dan alangkah tekejutnya aku, karena ternyata yg berada di atas tubuhku adalah… AH..

Kaget, malu, marah dan apalah namanya berkecamuk jadi satu.. Dia langsung membekap mulutku, sambil setengah mengancam dan berbisik…”Jangan teriak..!”

Aku langsung sadar, kalau aku berada di rumah AH. Aku langsung sadar bahwa kenikmatan yang barusan aku rasakan ternyata bukan mimpi. Spontan aku teringat istri dan anak2nya…ingat keluarganya yg selama ini sudah baik padaku. Maka aku pun diam sejenak, aku mencoba berpikir harus bagaimana…. Yang pasti aku tidak ingin terjadi masalah dg keluarganya. Lalu aku mencoba meronta, akan tetapi tenaganya jauh lebih kuat dariku. Dia menindih dengan kuat sambil membekap mulutku…

Aku mencoba menutup kedua pahaku, tapi dengan posisi AH yang sudah menindih dan berada diantara kedua pahaku, aku mendapatkan kesulitan untuk itu. Kedua kaki AH mengunci kedua pahaku untuk terus terbuka.

Aku mencoba mendorong tubuhnya, akan tetapi tubuhku yang kecil nampaknya tidak memiliki cukup tenaga untuk mendorong tubuh AH yang tinggi dan berotot itu…

Tangan kanannya terus membekap mulutku dan tangan kirinya menekan tangan kananku. Tangan kiriku mencoba untuk meronta, tapi semua itu sia-sia. AH terlalu kuat tenaganya. Lama kelamaan aku lemas kehabisan tenaga…

Mungkin setelah dia rasa aku mulai lemah, dia mulai mengendorkan bekapannya.

Aku hanya bisa merintih memelas…”Abang…jangaaaann…”

“Jangaaann…” Aku terus memohon dengan memelas..

Akan tetapi rintihanku sia-sia, AH tetap mempertahankan posisi itu dan mulai membelai kepalaku dan mencoba mengecup bibirku… Dikulumnya bibirku, dan lidahnya berusaha menerobos masuk. Aku berusaha mengatupkan kedua bibirku dengan kuat.

Perlahan-lahan tangan kirinya mulai meremas lembut payudaraku beberapa saat….

“Abang….tolong lepas….jangan abang….” Aku terus memohon dengan rintihan yang pelan nyaris tak terdengar. Bagaimanapun juga aku khawatir kalo aku sampai membangunkan M, yang tentu akan memicu masalah yang lebih besar.

AH tidak juga bergeming, bahkan dia terus mempertahankan posisinya…

Setelah itu, aku rasakan kemaluannya mulai mencari-cari jalan untuk menerobos liang senggamaku. Aku tersentak dan berusaha menghindarinya. Akan tetapi dengan sisa-sisa tenagaku yang tidak seberapa, usahaku sia-sia. Akhirnya, dengan dua atau tiga kali dorongan dia menemukan liang itu dan mulai mendorong pelan kemaluannya masuk lebih dalam lagi dan lagi…

“Sakiiit abang….” Aku merasakan agak perih ketika kepala kemaluan AH mulai menerobos liang senggamaku. Dia mendorong terus kemaluannya sampai akhirnya aku rasakan semua tenggelam dalam liang senggamaku. Aku menahan nafas, dan AH menahan posisi itu beberapa saat. Setelah dirasa aku agak tenang, AH meneruskan aksinya dengan gerakan-gerakan yang lembut dan pelan-pelan….sambil terus dibelainya kepalaku dan sesekali dikecupnya bibirku.

Kemaluannya terasa memenuhi seluruh ruang di liang senggamaku, berbeda rasanya dengan punya suamiku.. terasa lebih besar dan padat.. AH terus menariknya, dan mendorong dengan gerakan yang lembut dan teratur…. berulang-ulang….

Pada awalnya aku merasakan perih di liang senggamaku, barangkali karena keterkejutanku ketika aku tersadar membuat nafsuku spontan hilang. Akan tetapi dengan kejadian yang sudah berlangsung seperti itu lama-lama aku rasakan senggamaku mulai bisa menerimanya. Cairanku pelan-pelan mulai membasahi dinding-dindingnya dan otot-ototnyapun mulai merespon tanpa bisa aku tahan sedikitpun. Beberapa kali kepala kemaluan AH terasa menyentuh mulut rahimku.. uh, sedikit ngilu.. tapi nikmat.

Aku bingung, malu, takut, bercampur jadi satu dg sensasi aneh yg pelan-pelan mulai merasuki…

Sensasi aneh yang membuat aku bingung. Perlahan tapi pasti getar-getar rasa nikmat mulai menjalar ke seluruh nadiku…

Entah syetan apa yang berperan, lama-lama secara reflek aku mulai mengimbanginya dengan gerakan-gerakan kecil pinggulku….

Aku tidak bisa lagi berpikir jernih …..

Yang ada waktu itu hanya rasa malu, bercampur bingung yang sudah tertutup rasa nikmat yang mulai menjalar.

Malu karena aku yang selama ini selalu menjaga diri dengan menutup rapat tubuhku, malam ini tubuhku nyaris telanjang di depan laki-laki yang bukan suamiku.
Bingung,…mengapa getar-getar nikmat itu bisa ikut menjalar dalam kejadian seperti ini??

AH mulai mempermainkan temponya, kadang dia percepat kemudian diperlambat….

Kadang dia benamkan dalam-dalam dan dia tahan sambil diputar-putarnya di dalam rongga senggamaku.

Sensasi yang aku rasakan pun semakin dahsyat….

Aku masih mencoba berpikir jernih bahwa pebuatan itu terlarang, akan tetapi gataran-getaran rasa nikmat itu seakan menepis semuanya…..

“Abang….aaaahhhhh….” Tiba-tiba AH mempercepat tempo permainannya beberapa saat dan itu membuat aku tersentak terbelalak mencoba menahan sesuatu yang mendesak kuat dari dalam…..

Akan tetapi tanpa bisa aku bendung, desakan-desakan itu semakin menguat dan….. “Abang..bang….!! Aaaaccchhh……” Aku terbelalak, tanganku meremas kuat kepala AH dan kedua kakiku terangkat tinggi sambil pahaku menjepit kuat-kuat paha AH. Yaahh….sampailah aku pada orgasmeku….

Betapapun aku ingin menahannya, kenyataannya aku tidak mampu. Daguku mendongak dan lenguhan kecilku tidak bisa aku sembunyikan lagi…. Otot-otot senggamaku terasa berdenyut-denyut meremas batang kemaluan AH yang masih tertanam dalam-dalam.

AH tersenyum….entah apa arti senyumannya itu…

Sesaat kemudian aku terkulai lemas…

Mungkin karena dilihatnya aku mulai menikmati, dia semakin berani meneruskan aksinya…

AH memulai lagi mendorong dan menarik kemaluannya, kali ini langsung dengan tempo yang cepat…. Aku yang sudah lemas dibuatnya terengah-engah menahan serangannya. Dan dengan mata terpejam, aku ikut menyambut gerakannya dengan goyangan pinggulku. AH pun semakin liar menyetubuhiku. Sambil menggenjotku, tangan AH menjalar, meremas kedua payudaraku dengan gemas. Ditariknya penutup BH-ku ke atas, sehingga payudaraku pun kini terbebas sempurna dari kekangan, dan dengan liarnya kedua payudaraku ikut bergoyang ke kiri ke kanan, ke atas ke bawah seirama dengan goyangan dan genjotan AH.

AH semakin bernapsu… sembari menggoyang tubuhku, puting merah muda payudaraku yang sudah berdiri dengan tegak dijepit-nya dengan jari-nya, dipilin dengan gemas. Mulutnya juga bergerak. Dikulum-nya kedua puting payudaraku, dipermainkannya dengan lidah yang kasar. Aku hanya bisa melenguh seperti anak sapi.. “ Uuuuuugggghhhhhh.. ugggghhhhhh..”

Kemudian ditariknya tubuhku hingga sejajar dengan tubuhnya, pahaku pun kemudian ditumpukannya di atas paha-nya. Dengan posisi duduk seperti ini, clitorisku pun bergesekan langsung dengan batang kemaluannya. Ah, aku hanya bisa menggigit bibir bawahku utk menahan sensasi yang timbul.. nikmat sekali rasanya. Kupeluk kepala AH dengan kedua tanganku.. tanpa malu-malu kupagut bibirnya dengan bibirku. Lidah AH pun bergerak lincah.. menerobos masuk ke dalam mulutku, membelit lidahku dengan ganas.

Aku semakin terbang..

Bersamaan dengan itu, tangan AH juga bergerak lincah.. diremas-nya kedua payudaraku.. dan tak ketinggalan putingnya dipelintir dengan jari-jari-nya. Bibirnya bergerak perlahan.. menyusuri bagian belakang telinga..kemudian bergerak ke bawah menyusuri leherku yang jenjang.. dan tiba-tiba, bagian ular Cobra, gigi-nya mematuk dan mulutnya mencupang leherku dengan keras.

Aku hanya bisa menjerit lirih..

Tidak berselang lama, tangan AH memeluk tubuhku dengan erat.. puting payudaraku terasa bergesekan lembut dengan rambut di dada-nya.. uh, geli kurasakan.

Dirapatkannya kedua paha-nya.. bongkahan pantatku dipegang-nya dengan kedua tangan. Dibantunya pergerakan naik turunku di atas pahanya.. semakin cepat dan cepat.

Bibirnya kembali mencari bibirku.. lidah kami berdua kembali bertaut. Dan tiba-tiba dibenamkan kemaluannya dalam-dalam hingga ujung kepala-nya terasa mentok di ujung rahimku, dan kemudian menahannya sambil mengejan….”Uuurrgg…aaacchhhh…, saaayyyaaaang…..” lenguhan panjangnya tepat di telingaku yg lebih pas menyerupai bisikan tanpa getaran pita suara.

Rupanya dia mendapatkan orgasmenya. Aku rasakan batang kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku, dan terasa beberapa kali semburan hangat benihnya dalam rahimku…

Ya….rahim yang saat itu sudah berisi janin dari suamiku…

Malam itu AH menuntaskan hajatnya denganku…

Setelah selesai dia ke kamar mandi, lalu kembali ke kamarnya.. Aku termangu dan terkulai lemas di pembaringanku. Kulihat jam di hp-ku menunjukkan pukul 2.48.Setelah itu kesadaran dan akal sehatku mulai pulih…Aku menangis,… Aku merasa sangat bersalah…!Bersalah pada suamiku…. Bersalah pada M sahabatku…

Aku hanya bisa menangis dan terus menangis.. tak bisa tidur lagi sampe pagi.

Keesokan paginya AH sms ke hpku,”Maaf ya, aku khilaf tadi malam. Awalnya aku takut, tapi waktu aku lihat Melati jg menikmatinya, jadi kebablasan deh.”

“Iya, abang kok bisa gitu sih ? Jangan diulangi ya…” Jawabku.

Aku termangu sendiri, berpikir mengapa itu bisa terjadi ??

Mengapa terjadi padaku..??

Dan parahnya lagi, mengapa aku semalam bisa menikmatinya…??

Aku mulai berfikir, apakah ini karena sebenarnya dalam alam bawah sadarku aku merindukan kehangatan dari suami ?

Memang selama ini urusan tempat tidurku dengan suami lebih banyak terasa hambar. . Mungkin karena banyaknya persoalan yang terpendam dan menumpuk aku selalu hampir tidak pernah mencapai puncak. Apalagi setelah musibah gampa bumi, boleh dikatakan tidak pernah suamiku menyentuhku. Sehingga semalam ketika terjadi peristiwa itu aku hampir bisa dikatakan pasrah, tanpa perlawanan yang berarti. Bahkan barangkali alam bawah sadarku sebenarnya menginginkannya…

Ah…yang sudah terjadi biarlah berlalu, pikirku…

Aku hanya takut kalo kejadian tadi malam diketahui M, istrinya….

Mengingat M hanya tidur di kamar yang bersebelahan dengan kamarku…

Setelah malam itu hari-hari berlalu dan aku berusaha bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa…

Aku tidak ingin M, istrinya tahu peristiwa malam itu…

Begitu juga kepada suamiku…. Aku simpan rapat2 peristiwa malam itu….

Waktu itu aku mulai berpikir, barangkali benar apa yang dikatakan para Kyai di Pesantren itu Barangkali memang sebaiknya aku berpisah dengan suamiku. Bukankah dia tidak bisa lagi berlaku adil padaku ? Bukankah aku juga punya hak yang sama dengan istri pertamanya ? Bukankah AH sudah membuka pintu harapan bagiku ? Dan berbagai pernyataan batinku memenuhi benakku sekedar untuk mencari pembenaran atas pemikiranku….

Dua minggu setelah peristiwa malam itu…..

Pagi-pagi AH pamit mau ikut gotong royong memperbaiki rumah warga yang rusak karena gempa. Memang waktu itu masih banyak rumah warga yang rusak dan kami di kampung itu menerapkan sistem gotong royong saling membantu untuk memperbaikinya. Meskipun bantuan dari masyarakat luar desa juga ada, akan tetapi kami selaku warga yang tinggal di desa itu merasa tidak bisa berpangku tangan.

Setelah AH pergi, M istrinya juga pamit mengantar anak-anaknya sekolah. Anaknya yang paling tua kelas 2 SD, kedua TK dan yang ketiga belum sekolah. Sarana sekolah menjadi prioritas perbaikan di desa kami, mengingat warga tidak bisa membiarkan anak-anak mereka berlama-lama tidak sekolah. Jarak sekolah dari rumah AH kurang lebih 15 menit dengan berjalan kaki. Jam 7.30 M berangkat dan biasanya pulang sampai rumah sekitar jam 11.30 karena M harus menunggu anaknya yang duduk di bangku TK.

Setelah M pergi maka aku mengerjakan tugas-tugas di rumah mencuci baju dan bersih-bersih. Itung-itung aku harus ikut meringankan pekerjaan M mengingat aku sudah banyak dibantu selama ini. Sangat tidak pantas rasanya kalau aku hanya berpangku tangan sementara mereka bekerja. Aku berusaha mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik, dan siang itu kurang lebih jam 10 selesai sudah semua pekerjaan rumah. Badanku terasa capek dan aku segera beristirahat di kamar.

Baru saja aku membaringkan badan, tiba2 ada suara salam dan ketukan di pintu depan. Aku terkejut, karena itu suara AH. Aku segera mengenakan jilbab besarku dan belum sempurna aku mengenakannya aku dengar langkah kaki AH sudah memasuki rumah. Aku segera memberi tahu kalo M belum pulang. Maksudku supaya AH tidak masuk rumah karena aku sendirian. Sangat tidak enak kalo ada yang tahu, apalagi ini siang hari….

“Abang, M belum pulang. Abang jangan masuk…..!”

“Cuma mau ambil sekop kok,Dik…. Sebentar aja.”

Terdengar suara gaduh AH di belakang mencari-cari sekop. Aku masih tetap di balik tirai kamar, tidak berani keluar. Meski ada rasa khawatir, tapi jantungku mulai berdetak lebih kencang. Bayangan-bayangan itu mulai muncul lagi….

“Ah….enggak ! Jangan sampai !” pikirku.

“Adik, lihat sekop ga ya ? Kok ga ada di sini ?”

“Di belakang situ kayaknya…” jawabku

“Tolong bantu cari dong…keburu mau dipake nih…”

Dengan perasaan cemas dan jantung yang makin berdetak kencang aku keluar dan menunjukkan posisi sekop yang tertindih barang-barang lain.

“Yups…ini dia…. Makasih ya… Adik udah makan belum ? lhoh, kok keliatan pucat sih?”

“Adik sakit ya? Udah, istirahat. Kasian kan kandungannya…”

“Ga pa pa kok….” Jawabku.

Aku segera mengambil langkah untuk kembali masuk ke kamar melewati ruang tengah. Tiba-tiba tanpa kuduga AH mendekap perutku dari belakang. Dia lingkarkan tangan kanannya ke perut sambil sedikit ditariknya badanku, sehingga sekarang aku berada dalam dekapannya. Belum hilang rasa kagetku, dia langsung dongakkan wajahku dengan tangan kirinya sehingga wajahku menengadah dan berhadapan dengan wajahnya. Spontan dia kulum bibirku sambil tangan kanannya mulai meraba ke atas…..

“Jangan lagi Abang….Jangan…!” Aku memohon.

“Sebentar aja, Dik…” Jawabnya sambil terus mendekapku dengan kuat.

“Jangan….nanti M pulang lho… Akh..jangan….mmmhh…..”

Dia terus mengulum bibirku sambil mengelus payudaraku. Birahiku pun perlahan mulai bangkit.

Ya….sebuah rasa yang memang sudah agak lama tidak aku dapatkan. Dari semenjak gempa, perjumpaanku dengan suami sangatlah terbatas. Kalaupun berjumpa tidak pernah bisa ada ruang dan waktu untuk privasi.

Sehingga ketika siang ini aku mendapatkan perasaan itu maka terasa sulit juga untuk mengelak. Meskipun aku juga khawatir kalau M tiba2 datang. Akan tetapi aku merasa sedikit tenang, karena posisi ruang tengah ini tepat menghadap ke jalan dimana jika M pulang maka 100 meter sebelum sampai pintu pasti terlihat dari ruang ini, dan kami bisa segera menghindarkan diri dari penglihatan M. AH bisa segera keluar dari pintu belakang dan kembali bekerja bakti.

Aksi kami pun berlanjut…. AH semakin ganas mengulum bibir dan lidahku….sambil diremasnya payudaraku dengan lembut…

Aku hanya bisa menggelinjang dan mendesah…..

“aaahhh….mmm…..abang….”

Dalam posisi masih bediri berhadapan AH menarik bagian bawah jubahku. Rupanya dia mau menggarap bagian senggamaku. Aku memberikan jalan dengan agak melonggarkan kakiku….

Benar saja, jari-jemari tangannya mulai menelusup menembus celana dalamku. Dicarinya bagian clitorisku dan dielus-elus dengan lembutnya…

Clitorisku mulai terasa basah dan jari-jemarinya mulai terasa licin menelusuri permukaannya. Nafasku mulai memburu dan aku mulai memekikkecil…”uuhh…aaaa…hhh..mmmhh….”ketika ujung jari telunjuk-nya menerobos masuk ke liang senggamaku..

Aku semakin menggelinjang dan aku jepit jari-jemarinya dengan pahaku…

“Dikkkk …..” bisik AH di telingaku….

AH memelorotkan celana dalamku, dan diapun membuka sedikit celananya sebatas turun ke lututnya. Aku sedikit diangkatnya, rupanya AH menginginkan posisi sambil berdiri.

Aku pasrah ketika kepala kemaluannya mulai menyeruak bibir senggamaku dari bawah dan menekannya ke atas…..Bleesss…. Seluruh batang kemaluannya langsung masuk ke senggamaku. senggamaku terasa penuh sesak dan kurasakan rahimku tertekan ke atas…dan clitorisku langsung tertekan pangkal kemaluannya yg berbulu lebat…

“Aaacchhhh……” Aku mendesah…

Seluruh batang kemaluannya tertanam di liang senggamaku. Kami berpelukan dalam posisi aku dalam gendongannya. AH tidak banyak bergerak rupanya dia faham kondisiku yang lagi hamil. Dia menekan dengan kuat pantatku dengan tangannya dan memutar-mutar batang kemaluannya. Seluruh dinding liang senggamakupun terasa diaduk aduk, serta merta clitorisku menerima gesekan-gesekan lembut dari pangkal kemaluannya dan itu menimbulkan rasa nikmat yang luar biasa….

Aku hanya terpejam menikmati permainan AH ini….

Hasratku naik dengan cepatnya, aku memeluk lehernya dengan kuat. Dan bibir kami pun beradu dengan beringas….lidah kami saling beradu untuk membelit dan akhirnya…..

“aaaaaaaaaaaa……mmmmmhh….abbaaaanng….” aku tak bisa membendung orgasmeku yang datang begitu cepatnya. Aku remas kepala AH dengan kuat untuk melepaskan energi yang besar itu.

Diputarnya tubuhku, sehingga posisi AH ada di belakang-ku. Didorongnya tubuhku mendekati tembok.. diposisikannya kedua tanganku menempel ke tembok. Diangkatnya kembali jubahku.. diposisikannya kembali kemaluannya di bongkahan pantatku.. ah aku terkejut…

Akupun sedikit berteriak.. “..jangan abang.. jangan dimasukkan ke lubang pantattttt..”

AH hanya tersenyum, dan hanya berkata.. “..nggaaaak, sayaaangg.. aku cuma peengiiiin dari belakang..”.

Dan dengan perlahan kepala kemaluannya menyeruak masuk ke bibir senggamaku. Uh, rasanya menakjubkan ketika titik G-spot di dalam liang kemaluanku tersodok kepala kemaluannya yang besar.

AH pun menggoyang kembali tubuhku..

Disingkapnya jubahku lebih ke atas.. tangannya kemudian meremas kedua payudaraku dari belakang. Meski masih tertutup BH, tapi rasa geli akibat remasan tangan AH cukup terasa di puting payudaraku yang sudah berdiri tegak..

Tidak berapa lama, desakan orgasme-ku yang kedua pun mulai muncul. Kupeluk dan kutarik leher AH ke arahku.. aku ingin sekali orgasme sambil mencium bibir AH. Rupanya AH tahu keinginanku.. bibir-nya pun segera mengulum bibirku, dan kemudian terasa ledakan orgasme-ku yang kedua. Aarggghhhhhhhhhhhhhhh..
Setelah itu dibaringkannya aku di sofa, dan AH melanjutkan aksinya dengan gerakan memompa dengan cepat.

Tak berselang lama AH mengejan….mendekap tubuhku merapat makin kuat…..

Dia memejamkan matanya sambil melenguh “aaaaaccchhhhh………..” Dan kemudian liang senggamaku pun terasa mendapat kedutan-kedutan keras yang berlanjut dengan rasa banjir lahar panas mengguyur di dalamnya. Aaargggghhh.. aku pun mendapat orgasme yang ketiga.

Sesaat setelah itu, dia roboh ke sofa sambil nafasnya terengah-engah….

Batang kemaluannya terlepas dari senggamaku.

“Kamu luar biasa, Diiikkk…. hebat…”

Jam menunjukkan pukul 11.05…

Sudah dekat waktunya M pulang. Maka aku minta AH untuk segera keluar rumah sebelum M pulang.

Aku membersihkan sofa, barangkali ada sisa-sisa sperma AH yang tumpah. Setelah itu aku mandi membersihkan diri dan memulihkan kesegaranku.

Kurang lebih 2 bulan setelah itu aku benar-benar minta cerai dari suamiku, dan akhirnya kamipun bercerai. Tapi anehnya… aku tidak merasa terlalu berduka dengan perceraian itu. Waktu itu usia kandungankku 6 bulan. Berarti aku mempunyai masa idah selama kurang lebih 3 bulan sampai anakku lahir.

Suamiku memang orang yang bertanggung jawab. Sebulan setelah perceraianku, dia menyewakanku sebuah rumah (yang cukup sederhana karena baru direnovasi seadanya setelah gempa). Rumah itu cukup mungil dan berada di pinggir desa. Tepatnya agak terpisah dari desa dan berada di areal persawahan dan itu satu-satunya rumah di situ. Tetangga terdekat berjarak sekitar 100 meter dari rumah itu dan kurang lebih 300 meter dari rumah AH. Aku menempati rumah itu seorang diri.

Terkadang aku masih bertandang ke rumah M untuk sekedar silaturahim.
Suamiku pun seminggu sekali masih datang menjengukku sekedar menanyakan dan memenuhi kebutuhan sehari-hariku.

Suatu malam, nada sms di hp-ku berdering dan aku terkejut bangun karenanya.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 23.45. Ternyata dari AH…”Adik…belum tidur kan ??”

Aku tidak menjawabnya karena memang aku rasa sudah malam dan aku masih mengantuk. Akan tetapi tidak berselang lama, nada panggilan berdering dari hp-ku. AH misscall. Akhirnya dg agak malas aku jawab smsnya, “Da pa sih ? Dah malam ni…”

Dia jawab lagi, “Jangan tidur dulu ya, 10 menit lagi aku datang…”

Deg…aku terperanjat….! Gila juga ni orang…

Tiba-tiba perasaanku campur aduk gak karuan….

Terbayang lagi peristiwa-peristiwa yang lalu….

Duh…Mau ngapain ini orang, pikirku. Dah malam gini……

“Eh…ngapain ?! Jangan gila ah….!” Jawabku

“Aku baru pulang dari Jakarta, ada oleh2 buat Adik nih… he he”

“Ga enak kalo aku bawa pulang, ntar ketauan M kan ?” Jawabnya.

Kurang lebih 15 menit berselang terdengar ketukan halus di pintu depanku. Aku segera mengenakan jilbab hitam besarku dan berjalan mendekati pintu dan mengintip dari balik tirai. Ternyata benar, AH yang datang. Nekat juga AH ini…
Begitu slot kunci aku buka, dia langsung nyelonong menerobos masuk rumah. Aku merasa gak enak dan khawatir kalau ada orang yang mengetahui kedatangan AH ke rumahku malam2 begini.

“Ada apa sih ? Gak enak kalo ada yang tahu…”

“Tenang…aku dah survei keadaan, aman. Tadi aku turun di ujung jalan dan jalan kaki ke sini…” Jawabnya.

Dia mengeluarkan bungkusan dari dalam tas dan memberikannya padaku. Setelah aku buka, ternyata 2 stel baju. Satu stel jubah hijau tua lengkap dengan jilbabnya dan satu lagi gaun tidur warna biru yang sangat cantik.

“Makasih yaaa…. Udah, sana pulang….” Aku tidak bisa menyembunyikan kegembiraankku…

“Kok langsung disuruh pulang…?! Abang pengen liat Adik pake dulu baju ini…”

Aku mencoba menolak karena memang sudah malam dan aku benar2 masih khawatir kalau ada orang yang tahu. Akan tetapi bukan AH namanya kalau mudah menyerah. Akhirnya aku turuti permintaannya. Aku ke kamar mandi dan berganti baju yang baru dibelikannya.

Keluar dari kamar mandi aku mengenakan baju jubah hijau dan jilbab besarnya. Terasa pas banget di badanku, seakan-akan baju ini memang dijahit untukku. Aku melihat sudah ada 2 gelas teh panas di meja. Rupanya selama aku di kamar mandi dia menyiapkan teh panas itu. Hmmm….dasar AH, pikirku…

AH izin untuk mandi, karena dari perjalanan jauh badannya terasa capek dan berkeringat. Akkupun mengizinkannya. Dia masuk ke kamar mandi sambil membawa air panas sisa membuat teh barusan.

Setelah selesai mandi AH keluar dengan mengenakan kaos yang bersih dan badannya terlihat segar.

Kami terlibat obrolan2 ringan sambil menikmati teh panas. Obrolan kami berkisar cerita AH yang baru merintis usaha baru di Jakarta sampai akhirnya ke kondisi kehamilanku yang waktu itu sudah memasuki usia 7 bulan. Dia sangat perhatian padaku dan banyak memberi saran ini itu untuk kesehatanku dan kandunganku.

Diam-diam aku semakin merasa nyaman dan senang dengan perhatiannya…
Tanpa aku sadari tiba-tiba tangan kanan AH sudah berada di kepalaku dan dibelainya jilbabku dengan lembut. Aku mencoba mengelak, tapi nampaknya AH membaca kepura-puraanku. Dielusnya dari atas ke bawah….dan sampai di tengkuk, dipijitnya dengan lembut dengan gerakan memutar ibu jarinya. Lama kelamaan akupun sangat menikmati pijatan demi pijatannya. Karena malam itu badanku memang terasa kaku dan capek sekali…

Akhirnya pijitannya turun ke lengan dan punggungku. Agak lama dia pijat bagian tersebut dan akupun semakin menikmatinya…

Entah berapa lama aksi itu berlangsung, tiba2 kurasakan hembusan hawa hangat di leherku. Ya,…AH mencium bagian belakang leherku dari balik jilbabku. Aku agak kaget, tapi pasrah. Mungkin karena suasana yang seperti itu membuat hasratku pelan-pelan bangkit. Rupanya AH faham akan hal itu…

Dia terus menciumi leherku dari belakang, dan akhirnya dibalikkannya tubuhku hingga kami berhadapan. Aksinyapun dilanjutkan dengan ciumannya di bibirku…
Dilumatnya bibirku dengan lembutnya, dan akupun meresponnya. Aku buka bibirku dan lidah kamipun beradu dengan beringasnya….

Untuk kesekian kalinya aku kehilangan akal sehatku. Tapi aku pikir sudah kepalang basah. Bukankah aku sudah dicerai dan AH pun sudah memberikan harapan untukku ?

Apalagi aku dalam kondisi hamil….

Jadi amanlah aku pikir…

Aksi kami pun berlanjut…

Sambil berciuman tangan AH menelusup di balik jilbab dan meraba-raba dadaku. Nafasku mulai memburu dan kuberanikan diri meraba selangkang AH. Terasa betapa kemaluannya sudah mengeras….besar dan panjang. AH membuka resleting celananya untuk memberi jalan padaku supaya lebih leluasa memegang kemaluannya.

“Deg….” Ternyata kemaluannya sangat besar dan keras terasa dalam genggamanku. Aku tidak berani melihat, akan tetapi aku rasakan ada cukup sisa panjang kemaluannya yang tersembul dari genggamanku.

Terdengar AH berbisik.. “adik.. tolong dikocok..”.

Selama aku menikah, belum pernah sekalipun aku memegang kemaluan suamiku.. apalagi kemudian mengocoknya. Dengan rasa takut, perlahan-lahan, aku kocok batang kemaluan AH.. mulut kami pun kembali saling beradu.

Tak berapa lama, kurasakan batang kemaluan AH semakin membesar dan mengeras. Akhirnya kuberanikan diri untuk melirik kemaluan AH. Ahhhhhh.. tak kunyana tak kusangka, kepala kemaluan AH sangat besar.. dan terlihat berkilap karena cairan mazi sudah mulai keluar dari celah di kepala kemaluannya.

Kembali terdengar AH berbisik.. “adik.. tolong dicium..”

Aku kaget setengah mati mendengar permintaannya, dan kujawab “..maaf, bang.. aku belum pernah.. aku takut…”

AH pun menjawab.. “ya sekarang dicoba..”

Pundakku pun ditekan kedua tangan AH yang kekar ke bawah.. kakiku pun bertumpu pada kedua lututku.. posisi kepalaku menjadi sejajar dengan kemaluan AH. Dan untuk pertama kali-nya dalam hidupku, aku melihat kemaluan seorang pria dewasa yang sedang terangsang. Bentuknya aneh.. urat-uratnya terlihat jelas bagaikan akar yang mengelilingi batang pohon.. rambut kemaluannya terlihat ikal dan cukup tebal. Dan ternyata lebih aneh lagi pada saat kucium bau-nya.. tapi entah kenapa, tiba-tiba aku semakin terangsang dengan kondisi itu.. kurasakan ada sedikit cairan yang menetes keluar dari liang senggamaku..

Dengan hati berdebar karena takut.. kucoba mendekatkan diri ke kepala kemaluan AH. Perlahan-lahan kujilat dengan ujung lidahku.. kemudian aku menengadah ke atas.. kulihat muka AH, matanya terpejam menikmati sentuhan ujung lidahku.. aku menjadi semakin bersemangat.. kujilat kembali kepala kemaluannya.. berulang-ulang seperti anak kecil yang sedang menikmati permen lolipop.. ujung lidahku pun bergerak menyelusuri batang kemaluannya.. ke bawah dan terus ke bawah hingga pangkal-nya. Kemudian kubalik arah-nya, kususuri dari pangkal hingga kepala.. berulang-ulang.

Mulut AH pun melenguh..

Tiba-tiba, pada saat mulutku menjilat kepala kemaluan untuk yang kesekian kali, kedua tangan AH yang kekar memegang kepalaku.. dan ditariknya kepalaku ke depan.. masuklah kepala kemaluan AH ke dalam mulutku.. Akupun tersedak.. hueeekkksss… hampir muntah rasanya.

Akupun marah.. “..abang.. kenapa dimasukkan ke mulutku..?

AH menjawab.. “..aku sudah nggak tahan, dikkk.. tolong hisap…. tolong..”

Aku segera bangkit berdiri.. aku marah sekali.. kurapikan jubah yang kukenakan.. dan duduk di sofa membelakangi AH.

Melihat aku marah, AH memeluku dari belakang.. dan berbisik di telingaku.. “..maafkan abang yahhhhh.. kamu jangan marah.. abang janji nggak akan mengulangi lagi..”.

Diremasnya kedua payudaraku dengan lembut.. berulang-ulang.. mulutnya pun menjilati bagian belakang telingaku. Meski masih tertutup jilbab, tapi perbuatan AH di belakang telingaku membuat bulu kudukku meremang.. dan membuat menggelinjang menahan geli.

Mendapat perlakuakn seperti itu, aku-pun luluh.. kusambut mulut AH yang ada disampingku telingaku dengan ciuman yang ganas.. lidah kamipun saling memagut satu dengan yang lain..

Kami terlibat dalam percumbuan yang cukup dahsyat, masing-masing dari kami saling merangsang dengan hebatnya. Aku sudah tidak peduli lagi apa yang akan terjadi selanjutnya, saat AH mengangkat tubuhku ke dalam kamar.

Dibaringkannya tubuhku di kasur dan kami melanjutkan percumbuan kami. Dia semakin berani, disibakkannya jilbab besar yang aku pakai dan ciumannya kini mulai turun ke leher dan daerah payudara. Akupun semakin menggelinjang gak karuan…

AH pun makin menggila, dibukanya kancing jubah yg aku kenakan sekaligus celana dalamku. Dan untuk pertama kali-nya, aku telanjang bulat di depan AH. Entah setan mana lagi yang meracuniku sampai rasa maluku malam itu benar2 hilang. Yang ada hanya hasrat yang memuncak dalam birahi. Aku selalu menantikan aksi selanjutnya dari AH….

Mulutnya kembali mengulum mulutku.. kemudian bergerak ke bawah, menelusuri leher-ku yang jenjang.. turun dan terus turun.. dan secara perlahan dikecup-nya pangkal payudara-ku yang putih.

Tiba-tiba aku tersentak dan menjerit lirih, ketika kecupan lembut AH berubah menjadi cupangan dan gigitan yang terasa menyakitkan. “.. ah, abang.. jangan digigit.. sakit..”.

AH hanya tersenyum dan menjawab “.. maaf sayang.. aku gemas dengan payudaramu..”

Lidahnya bergerak lincah.. puting payudaraku dipermainkannya.. bergantian kiri dan kanan.. berulang-ulang entah berapa kali. Dan kembali aku tersentak dan hanya bisa menjerit lirih, ketika mendadak puting payudaraku dihisap AH dengan keras. “..abaaaaanngggg.. uuuggghhhh..” Di tengah nafsu yang melanda, sulit sekali aku membedakan antara sakit dan nikmat akibat hisapan itu.

Bosan bermain-main dengan dadaku, AH pun mulai mencumbui bagian bawahku. Lidahnya mulai menjilati rambut kemaluanku.

Dengan suara gemetar karena menahan nafsu, terdengar AH berbisik “..Aadiik.. rambut kemaluanmu bagus.. rapiiii.. abang juga kangen dengan baunya.. harum..”.

Aku hanya tersenyum malu, dan kedua tanganku pun meremas rambut kepala AH dengan gemas. Duh, sudah tidak sabar rasanya merasakan clitorisku di oral oleh AH.

Tidak berapa lama keinginanku pun terkabul, clitoriskumulai diisap-isap dan dijilat-jilatnya. Aku menggelinjang sangat hebat sampai pantatku terangkat-angkat tidak karuan….lenguhan-lenguhan kecilku menambah panasnya ranjangku malam itu…. ”hhh….ssshhh… aaachh…. abang… aaahh…mmmm….”

Dia bertahan beberapa saat di permainan itu sampai akhirnya aku setengah berteriak,…”Aaaaccchhh…..abaaanggg….aaaaaaahhhhhh” Aku remas rambutnya dan kakiku menjepit kuat lehernya. Yah….aku orgasme….

Suatu kenikmatan yang aku jadi merindukannya…..

Setelah beberapa saat aku terkulai lemas….

AH menciumi wajah dan bibirku sambil tersenyum puas….”Iiihhhh nikmat banget ya….??? Sampe gitu-gitunya….” selorohnya menggoda.

Aku hanya terpejam…..terpejam sambil tersenyum puas….

Aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang telanjang bulat. Bagaimanapun juga masih ada rasa malu ketika aku tahu AH melihat tubuhku tanpa busana seperti ini.

Beberapa saat setelah itu sambil aku masih terbaring berselimut AH kembali mengurut kakiku. Rupanya dia memahami kondisiku malam itu. Badanku yang memang terasa letih makin lemas rasanya ketika harus meledakkan energi orgasme yang cukup dahsyat barusan. Dia mulai memijit jari-jemari kakiku, kemudian telapak kaki. Dipijatnya dengan lembut bagian itu sampai aku benar-benar merasa cukup. Kemudian pijatannya mulai naik ke betis dan di kanan kiri tulang keringku, sampai ke lutut. Setelah dirasa cukup, mulai telapak tanganku dipijatnya merata sampai ke bahu. Benar-benar relaksasi yang bisa mengendorkan seluruh syaraf dan otot tubuhku. Aku sangat menikmati pijatannya, sampai akhirnya (barangkali) aku tertidur….

Tiba-tiba aku merasakan birahiku merambat naik lagi… Aku tersadar… Ternyata AH mulai merangsangku lagi. Kali ini dia langsung ke clitorisku. Pelan tapi pasti hasratku mulai memuncak lagi. Aku mulai melenguh dan pantatku terangkat-angkat…

Digosoknya clitorisku yang sudah licin dengan jarinya, dan sesekali dimasukkannya jarinya ke senggamaku dengan gerakan keluar masuk. Aku terbelalak, nafasku mulai memburu lagi dan tanganku mencari-cari kepalanya. Aku tarik kepalanya dan refleks kami bercumbu lagi dengan hebatnya. Lidahnya menyapu langit-langit mulutku dan itu membuat aku semakin beringas seakan mau menelan lidahnya bulat-bulat.

Setelah dia rasa aku cukup pemanasan, dia membuka kakiku dan memasang posisi siap beraksi… “Gantian ya Dik, abang belum dapat tadi….” bisiknya di telingaku.

Aku hanya terpejam….

“Hati-hati lho, perutku udah besar…” bisikku

“Tenang sayang, aku tahu caranya kok…nikmati saja ya.. coba kamu naik di atasku, sayang….”

Akupun menuruti kemauannya. Aku segera naik ke atas tubuh AH. AH mengelus pantatku sesaat, sebelum aku rasakan kemaluannya mulai menyeruak bibir senggamaku. Mendesak masuk, pelan tapi pasti…

Agak susah masuknya, barangkali dengan posisi itu liang senggamaku menjadi lebih rapat. Dia terus mendorong dengan mantap sampai akhirnya seluruh batang kemaluannya tertanam di liangku.

Aku terbelalak….

AH mulai meremas kedua payudaraku.. dimainkannya kedua putingku dengan ujung jari-nya. Akupun mengimbangi dengan gerakan naik turun.. kurasakan clitorisku menggesek rambut kemaluannya.. uh geli dan nikmat.

Aku rasakan gesekan-gesekan kemaluan besarnya di dalam liang senggamaku mengaduk-aduk G-spotnya. Aku mulai mendesah dan melenguh lagi dan pasrah dalam kenikmatan yang semakin lama semakin memuncak….

Tak selang lama, AH melenguh panjang,…”Uuuuuuggghhhh…..diiikkkkk….” Rupanya dia sudah orgasme duluan. Ditariknya pantatku kuat-kuat dan dibenamkan seluruh batang kemaluannya dalam-dalam. Aku rasakan semburan benihnya amat banyak di dalam rongga senggamaku, sampai aku merasakan ada sebagian yang keluar mengalir turun di pahaku. Setelah itu disuruhnya aku berbaring dan kembali kami berpelukan dengan kuatnya melepaskan energi yg cukup besar itu.

Setelah nafasnya agak teratur, AH kembali memulai permainannya. Sekarang posisi aku terlentang di bawah dan AH menopang badannya di atasku. Ia mulai memasukkan dan memainkan lagi kemaluannya di dalam senggamaku. Luar biasa, tahan lama juga rupanya…

Dia menopang badannya dengan kedua tangan, sehingga perutku aman dari tekanan berat tubuhnya. Dia permainkan kemaluannya di dalam liang senggamaku, diputar-putar dan ditarik keluar masuk perlahan-lahan….kadang agak dipercepat. Terdengar bunyi “crot-crot…” berulang-ulang karena beradunya kelamin kami yang sudah sangat basah.

Dalam gerakan-gerakan dan gesekan antar kelamin yang penuh birahi itu tak lama kemudian aku mendapatkan lagi puncak orgasmeku…. Orgasme yang kedua, yang aku rasakan jauh lebih dahsyat dari orgasmeku yang pertama tadi..

Aku mengejan dan terbelalak, “Uuuuaaaacchhh….. abaanggg… aku sudah mau keluar..”

AH membalas, “.. tahan sebentar ya.. aku juga sudah mau keluar.. kita bareng-bareng yah..”

Dipercepatnya gerakan keluar masuk batang kemaluannya.. cepat, cepat, cepat dan semakin cepat.. hingga akhirnya aku berteriakkk…. “..aaaaahhhhhh……..akh…akhhhh.. ……”

Seluruh otot di tubuhku serasa melepaskan beban yang sangat berat… Aku peluk erat kepala AH dan kakiku menjepit kuat pinggangnya untuk kedua kalinya malam itu. Dan AH pun menyusul berteriak.. “..aaaaahhhhhhhhhh..”. Dibenamkannya kemaluannya dalam-dalam di liang senggamaku.. terasa cairan panas memenuhi rahimku. Tubuhnya menggelepar hebat di atas tubuhku.. tuntas sudah.

Nafas kami memburu beradu dengan nafasnya.

Ciuman kami beradu dengan kuatnya seakan tak mau kami lepaskan. Kami sama-sama terengah-engah malam itu, bermandikan keringat.

Setelah itu,AH memeluk tubuhku dengan lembut dari arah belakang.. lengannya yang kekar melingkar di leherku.. dan kepalaku pun akhirnya disandarkannya di dadanya yang bidang. Dikecup-nya keningku, kedua mataku, kedua pipiku,ujung hidung-ku.. dan mulutku. Kupejamkan mataku.. damai sekali aku rasakan waktu itu, rasanya aku sudah memiliki suami yang benar-benar bisa membuatku bahagia. Kami pun akhirnya tertidur pulas..

Sampai waktu terdengar adzan subuh kami terbangun, dan ternyata posisi kami masih belum berubah.. tubuhku masih ada di dalam pelukan tangannya.

Hari-hari selanjutnya kami sering melakukan hubungan layaknya suami istri di rumah itu.. dan aku pun akhirnya berani melakukan oral sex ke AH. Bahkan, AH sengaja membawakan VCD porno untuk mengajariku bagaimana melakukan oral sex.. sampai akhirnya kami berdua sering melakukan oral sex secara bersamaan..

Kedatangan AH ke rumahku selalu malam hari, kadang langsung pulang dan terkadang tidur sampai pagi. Jika sampai pagi biasanya AH pas dalam perjalanan pulang dari luar kota.

Pernah suatu saat kami melakukannya di kawasan wisata di kota kami. Dengan alasan kepada istrinya ada urusan bisnis di Jakarta. Kami menginap selama 3 hari di kawasan pegunungan itu. Dengan penampilanku yang seperti ini, tidak ada orang yang curiga apalagi aku dalam kondisi hamil yang mulai besar. Orang pasti mengira kami pasangan suami istri….

Sebenarnya aku sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Akan tetapi aku selalu tidak mampu menolak rayuan AH dan aku selalu terjerumus lagi….dan lagi….

Sampailah hari kelahiran anakku pada bulan Desember 2006. Aku diantar suamiku ke rumah sakit untuk persalinan. Dia menunggui dan mendampingi aku sampai anaknya benar2 lahir.

Setelah kelahiran anakku maka berakhirlah masa iddahku, yang berarti aku benar-benar sudah lepas dari ikatan suamiku. Tidak berselang lama AH benar-benar menikahi aku setelah mendapat persetujuan dari M istrinya.

Akan tetapi ternyata pernikahannku dengan AH tidak bertahan lama, karena aku baru tahu sifat aslinya setelah aku menikah dengannya.

Memang dalam hal ranjang dia sangat memuaskan, akan tetapi tabiat aslinya yang amat kasar ternyata baru muncul setelah menikah. Seringkali hanya karena permasalahan kecil aku harus menerima pukulan darinya. Belum lagi caci maki yang sering keluar kari mulutnya. Selama 3 bulan aku menikah dengannya akhirnya aku tidak kuat dengan perlakuannya. Dan kembali aku minta cerai darinya….

Akhirnya aku berpisah dengan AH dalam kondisi aku hamil 1 bulan.

Sekarang anakku dari AH sudah berumur 3 tahun dan aku masih hidup menjanda bersama kedua anakku.

Kewalahan Menikmati Memek Hangat

Jika memang rezeki, susah di rekayasa. Itulah kejadiannya. Aku mendapat tempat duduk berdampingan dengan seorang wanita yang kutaksir umurnya sekitar 25 tahun. Aku duduk di dekat jendela, sedang dia duduk di bagian gang. Bus yang kami tumpangi, Pahala Kencana akan membawa penumpangnya sampai ke kota tujuan akhir adalah Bojonegoro. Dari Terminal Lebak Bulus, Jakarta, bus berangkat pukul 16.30 tepat. Berkali-kali aku lirik, lumayan juga, kulitnya putih dan dadanya cukup membusung. Sambil melirik aku amati dadanya, sepertinya daging atau lemak di buah dadanya meluap dari BH. Bentuk itu tercetak jelas dibalik kaus pink. Tampaknya dia bepergian dengan seorang gadis kecil yang duduk di seberangnya., “Anaknyakah ?” batinku. Menilik dari usia cewek di sebelahku rasanya dia masih terlalu muda untuk mempunyai anak seusia yang kutaksir 12 tahunan.

Aku sedang berpikir keras bagaimana ya membuka omongan dengan cewek di sebelahku ini. Kayaknya kalau nggak ngomongan kok aneh ya, karena perjalanan ini bakal lebih dari 12 jam. Belum sempat aku menemukan kata pembuka, eh dia malah menegur duluan. “ Mau kemana mas.” tanyanya.
“Eh mau ke Bojonegoro, mbak mau kemana, “ tanyaku kembali.
“Saya ke Rembang, nih mulangin anak bandel ini ke orang tuanya,” katanya .
“Rumah orang tuanya di Rembang ya,” tanyaku lebih lanjut.
“ Bukan sih masih jauh di desa, ke Randublatung,” katanya.
Aku tidak tahu dimana Randublatung tapi seingatku ketika melihat peta, desa itu letaknya jauh dari Rembang.

Akhirnya kami akrab ngobrol dan dia mengaku bernama Rianti dan di Jakarta bekerja sebagai SPG. Dari gayanya sepertinya Rianti agak gampang di goyang. Suasana makin redup dan akhirnya bus berhenti di wilayah Sukamandi Jabar, kami mendapat makan malam gratis. Ketika aku tinjau, menunya hanya sepotomg bandeng, sambel dan lalapan. Mereka berdua aku tawari traktir makan yang lebih enak di bagian lain restoran. Mulanya Rianti agak canggung, tetapi Ninik, gadis kecil itu langsung setuju. Maka kami makan dengan hidangan yang lebih baik.
Setelah makan kami kembali duduk di bus, dan obrolan kami makin akrab. Seperti biasanya, bus ini sesampai di Rembang masih gelap mungkin sekitar pukul 3 pagi.
Menurut Rianti mereka mau menunggu di warung tempat pemberhentian bus sampai hari agak terang. Setelah itu baru melanjutkan perjalanan ke Desa.
Trenyuh juga mendengar cerita mereka, sehingga aku menawarkan untuk menginap saja di hotel, sampai hari mulai terang, setelah itu baru jalan ke kampung. “ Saya gak punya duit mas, lha wong ini aja uangnya ngepas banget,” kata Rianti.
Aku lalu menawarkan biar aku saja yang bayar, dan aku juga akan ikut turun di Rembang.
Sejak naik dari rumah makan tadi, Rianti makin akrab saja, dia memeluk tanganku. Katanya dia merasa dingin. Aku merasakan tekanan dari susunya ke bagian lenganku. Perlakuan ini membuat voltase di tubuhku meningkat. Aku lantas berpikir, buat apa turun di Rembang kalau memang tujuannya untuk menginap. Aku menawarkan untuk menginap saja di Semarang. Tanpa pertanyaan sedikit pun Rianti langsung menyetujui. Dia makin erat memelukku, seperti kami sudah lama berkenalan.
Sementara rangsangan makin tinggi, aku belum menemukan jalan, bagaimana cara mengeksekusi Rianti, kalau ada keponakannya. Tidak ada titik terang, sementara bus sudah mulai memasuki Kendal, yang berarti tidak lama lagi akan sampai Semarang.
Sesampainya di Semarang kami turun dari bus dan langsung berpindah ke taksi. Aku memilih hotel Ciputra di Simpang lima Semarang.
Rianti dan Ninik seperti terheran-heran melihat hotel pilihanku. “ Oom bagus banget hotelnya, kan mahal nginep di sini,” kata Ninik.
Aku mendapat kamar double bed. “ Mas sayang-sayang kalau cuma nginep sebentar di sini, kamarnya enak banget,” kata Rianti sambil melihat sekeliling.
Ninik mencoba tempat tidur yang memang empuk dia duduk sambil menggenjot-genjot kasur.
Setelah mengemas barang, yang hanya sebuah ransel, aku pamit mau menyegarkan badan. Sambil menggosok gigi aku mengisi bak dengan air hangat. Rasanya nikmat sekali berendam berlama-lama dalam bak mandi. Kontolku dari tadi sudah menegang, jadi semakin keras ketika terendam air hangat.
Aku dikejutkan oleh pintu kamar mandi yang tiba-tiba terbuka. Rianti sambil cengar-cengir mengatakan tidak tahan, kebelet pipis. Setelah memelorotkan celana dalamnya dia langsung duduk di closet. Terdengar desiran air kencingnya cukup lama juga.
Aku tidak bisa berlindung, karena sedang telentang dan full telanjang. Rianti mencoba merasakan hangatnya air. “ Enak ya mas,” tanyanya.
“Seger banget, “ kataku.
“Aku ikutan ah berendam, badan ku yo terasa lengket, karena tadi mau berangkat gak sempet mandi.
Setelah membersihkan kemaluannya dengan semprotan air. Tanpa ragu Rianti mulai membuka bajunya satu persatu. Aku memperhatikan, bodynya cukup menggiurkan, Susunya tegak menantang dengan pentil yang masih kecil. Itu menandakan dia belum pernah hamil. Yang luar biasa bulu di bawah sana hitam lebat. Warnanya kontras sekali dengan kulitnya yang putih. Rianti tanpa ragu langsung melangkah masuk ke dalam bath tub. Rianti mengambil posisi membelakangiku. Tanpa komando tanganku langsung mencengkram kedua bongkahan susunya. Penisku makin mengeras dan menerjang bagian belakang Rianti.
Merasa penisku menrjang badannya Rianti berbalik posisi dan langsung meraih penisku. Digenggam-genggamnya. Nikmat yang luar biasa membuat aku makin menyelonjorkan tubuhku sehingga posisiku jadi telentang terendam air hangat.
Rianti menyelam dan mulutnya langsung melahap penisku. Aku tidak menduga dia secepat ini melakukan itu, Sehingga aku agak berjingkat ketika bibirnya menyentuh kepala penisku.
Dia tidak bisa berlama-lama karena sesak nafas di dalam air. Tanpa kuminta, Rianti menduduki penisku dan penisku dipegangnya lalu dibimbingnya memasuki lubang vaginanya.
Memasukkan penis ke vagina di dalam air, terasa agak sulit, karena lubang memek Rianti terasa kesat. Namun rianti tidak putus asa, dia mencoba terus sampai akhirnya terbenam juga seluruh batangku di dalam memeknya.
Nikmat sekali rasanya, memek Rianti terasa sempit sekali. Mungkin karena pengaruh berendam di dalam air, atau memang aslinya sempit begini. Aku tidak ambil pusing, karena pikiranku terfokus menikmati genjotan Rianti.
Pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba. Muncul si kecil Ninik. Dia terkejut dan melakukan gerakan menutup mulutnya dengan tangan. Posisi kami tidak bisa disembunyikan lagi, karena Rianti yang bugil sedang berada diatas tubuhku yang juga bugil.
“Ninik kebelet pipis nih, dari tadi ditunggui lama banget.” Kata Ninik.
Dia seperti juga Rianti tadi langsung memelorotkan celana dan duduk di closet. Desiran air kencingnya terdengar nyaring.
Sementara dia duduk di closet, Rianti seperti tidak perduli dia terus menggenjotku sampai aitnya tertumpah dari bak.
Ninik duduk termangu menonton kami berhubungan, meski kencingnya sudah selesai dari tadi.
Situasi sudah tanggung, Nini kugamit untuk bergabung berendam di bak. Dia kuminta membuka bajunya.
Tidak terlalu repot, Ninik mengikuti anjuranku. Dia melolosi satu persatu bajunya. Setelah baju luarnya yang terdiri dari celana jins dan kaus putih di lepas, tinggallah celana dalam pink bergambar tokoh kartun dan miniset. Dia melepas minisetnya terlebih dahulu. Teteknya langsung menyembul gempal dengan pentil yang masih kecil sekali. Ukuran tetek Nini seharusnya sudah memerlukan BH, karena minisetnya sudah kelihatan sempit. Setelah menggantungkan minisetnya dia meloloskan celana dalamnya. Aku tidak bisa langsung melihat kemaluannya. Yang tampak hanya bongkahan pantat kecilnya. Sepintas terlihat memeknya yang masih gundul, ketika dia masuk ke dalam bak mandi. Ninik mengambil tempat di bagian kakiku. Bak mandi jadi sesak diisi tiga orang, dua diantaranya sedang beraktifitas.
Gerakan jadi tidak leluasa lagi sehingga aku menyarankan Rianti keluar dari bak mandi dan meneruskan di luar. Rianti kuatur memunggungiku dengan posisi merunduk bertopang wastafel, Aku menggenjotnya dari belakang. Batangku dengan mudah masuk ke dalam lubang memeknya yang terasa sangat licin. Rianti seperti tidak peduli dengan kehadiran Ninik. Dia mendesah-desah dan merintih sampai akhirnya menjerit dan kakinya dirapatkan. Terasa lubang memeknya berkedut-kedut. Rianti mendapatkan orgasmenya yang pertama. Sementara aku sebetulnya sudah hampir, tetapi terinterupsi karena Rianti menghentikan gerakannya. Di lepasnya batang kontolku dari lubang memeknya sehingga penisku mengacung kedepan tegap.
Rianti berusaha memuaskanku dengan jongkok sambil mengulum dan menghisap penisku. Namun karena konsetrasiku sudah buyar, aku jadi sulit menikmati, oralnya.
Bosan mengoralku yang tak juga mencapai ejakulasi, akhirnya Rianti berdiri dan dia lalu membersihkan dirinya dengan meraih shower.
Aku kembali masuk ke bak mandi yang di situ masih ada Ninik. Aku berhadap-hadapan dengan Ninik. Kuperhatikan teteknya sangat mengkal dengan putting susu yang menajam diujungnya. Ninik kuraih sehingga dia kupeluk dengan posisi membelakangiku. Aku meremas perlahan-lahan tetek mengkalnya. Beda sekali rasa tetek Rianti dengan Ninik. Jika tetek Rianti terasa lembut oleh lemak, tetek Ninik terasa mengkal dan lebih keras.. Puas memainkan teteknya aku menggapai belahan memeknya. Jari tengahku langsung merasa clitorisnya mencuat dan ketika kuraba halus dia sudah mengeras. Aku terus memainkan clitorisnya sampai akhirnya Ninik kelojotan mencapai orgasme.
Sementara itu Rianti sudah mengeringkan badan dengan berkemben handuk dia meninggalkan kami berdua. Aku mentas dari bak mandi. Ninik juga kuminta keluar. Aku duduk di colset dengan posisi menyandar, sehingga penisku bebas tegak. Ninik kubimbing berada di atasku . Dia menuruti saja kemauanku. Sambil berdiri mengangkangi badanku Niniki mendekatkan lubang memeknya ke kepala penisku yang telah memerah karena sangat tegang. Aku mengoles-ngoles kepala penisku di sekitar lubang memeknya sampai terasa ada cairan lendir keluar dari dalam. Setelah kurasa pelumasan mencukupi, aku berusaha memasukkan kepala penisku ke memek gundul itu. Agak sempit rasanya, tetapi penisku bisa terus menerobos kedalam. Kesanku Ninik sudah jebol perawannya. Meski jepitannya lebih kuat dibanding memek Rianti, tetapi penisku lancar maju-mundur di lubang memeknya. Aku terus mendekapnya sampai akhirnya aku menjelang orgasme kutarik badannya dan begitu lepas, meledaklah ejakulasiku. Lemas sekali badanku. Kami berdua lalu mandi membersihkan diri dengan shower. Selama mandi itu kutanya Ninik soal keperawanannya. Dia mengaku memang sudah pernah berhubungan, dengan pacarnya yang sudah SMA. Karena itulah dia sempat ketahuan selagi asyik main dikamarnya. Akibatnya Ninik dipulangkan ke kampungnya. Sekarang inilah proses pemulangan Ninik ke orang tuanya di kampung. Di Jakarta Ninik tinggal di rumah budenya, yaitu ibunya Rianti. “ Mbak Anti, bebas menerima cowoknya menginap di kamarnya, kenapa aku gak boleh ajak pacarku ke kamarku,” kata Nini dengan muka agak merajuk.
Aku tidak mau berkomentar, karena rasanya tidak ada gunanya berkomentar pada saat seperti ini. Aku berbalut handuk dan juga Ninik berkemben handuk kami masuk menyelinap ke bawah selimut. Rianti sudah mengorok tidur di sisi kiri, aku memilih posisi ditengah dan Ninik di sisi kananku. Tidak nyaman rasanya tidur berbalut handuk lembab, maka kubuka handukku dan kulempar ke kursi, Handuk Ninik juga kulepas, sehingga kami berdua telanjang di bawah selimut. Sementara itu Rianti yang juga berbalut handuk perlahan-lahan kulepas dan ku lempat juag ke kursi. Kami bertiga tidur bugil di bawah selimut.
Rasa lelah dan kecapaian ngentot membuat aku cepat tertidur.
Aku terbangun karena rasa geli di kemaluanku. Kuintip ke bawah, ternyata Ninik sedang menghisap penisku. Mungkin dia berusaha membangunkan penisku. Aku berpura-pura tidur. Kulirik di celah korden sudah masuk cahaya terang matahari. Kulirik jam di meja sudah menunjukkan hamper jam 7 pagi. Kubiarkan Ninik beroperasi sendiri, sementara Rianti masih ngorok disebelahku. Ninik berusaha memasukkan penisku ke lubang memeknya dengan posisi menduduki badanku. Dia berhasil menelan semua batang penisku lalu dia melakukan gerakan naik turun, kadang-kadang maju mundur. Mungkin dia bosan pada posisi itu, dia bangkit berdiri dan membalikkan badannya sehingga memunggungiku. Ninik kembali jongkok dan kembali menggenjot. Dia mencoba merebahkan badannya ke depan sampai hamir mencium kakiku. Penisku terasa dipaksa menghadap kebawah. Ninik kesulitan melakukan gerakan pada posisi itu, karena lubang memeknya seperti kedongkrak oleh batang penisku yang sedang keras sempurna. Ninik berdiri lagi dan dia berbalik arah kembali ke posisi berhadapan denganku . Penisku kembali dimasukkan ke dalam memeknya. Dia menggenjot sebentar lalu merabhkan badannya. Sambil memelukku dia terus mengggerakkan-gerakan pinggulnya. Posisi ini agak sulit, karena berkali-kali penisku lepas dari lubang memeknya. Ninik kembali ke posisi mendudukiku, dia rupanya menemukan posisi nikmatnya sehingga gerakannya makin liar, dan tak lama kemudian berhenti menggenjot dan terasa memeknya berdenyut-denyut.
Aku jadi dalam posisi nanggung sehingga kusibak selimut dan langsung kuarahkan penisku memasuki memek Rianti. Memeknya terasa berlendir. Berarti dia sudah bangun dari tadi dan sempat melihat permainan kami sehingga di terangsang. Bagitu penisku ambles, dia langsung mengerang. Kugenjot dengan gerakan kasar, Rianti merintih-rintih. Sayangnya memeknya terlalu banjir sehingga kurang mencengkeram. Aku terus berusaha kosentrasi untuk mencapai puncak. Namun setelah sekian lama masih juga belum berhasil, sampai badanku lelah. Kubalikkan posisi dengan tetap mempertahankan kontolku di dalam memek Rianti. Dia mengerti dan kini Rianti memegang kendali. Dia bergerak maju mundur naik turun di atas tubuhku. Menjelang aku orgasme
Rianti sudah memekik sambil menjepit kontolku. Mendengar teriakan itu aku jadi tak mampu lagi menahan ejakulasiku dan kulepas saja di dalam memeknya. Pada suasana seperti itu, aku tidak memikirkan risiko hamil dan sebagainya, yang penting rasanya nikmat.
Rianti langsung jatuh berbaring di sampingku.
Aku tertidur telentang dan agak terengah-engah. Tiba tiba terasa batang penisku dibersihkan dengan seka an handuk hangat. Kulirik kebawah, ternyata Ninik yang melakukan. Aku tidak sempat memperhatikan apa yang dilakukan Ninik tadi ketika aku bertempur dengan Rianti. Setelah dibersihkan , Ninik kembali mengoral penisku. Tanpa rasa malu dia terus berusaha membangunkan penisku. Lama juga penisku tidak bangun-bangun, Aku merasa kasihan karena usaha Nini tidak membawa hasil. Dia kemudian kuminta berbaring dan kakinya dikangkangkan. Aku melakukan oral buat memek kecil ini. Ninik tersenyum dan terus menggelinjang merasakan sapuan lidahku di ujung clitorisnya yang menonjol. Tidak perlu waktu terlalu lama akhirnya memek Ninik cenat-cenut. Setelah dia mencapai orgasme aku memasukkan jari tengah ke dalam memeknya, aku mencari G-spotnya. Teraba ada jaringan halus. Aku memastikan bagian itu G-spotnya karena ketika kusentuh pelan Ninik bereaksi. Aku serang terus sampai beberapa saat kemudian Ninik memekik. Dia mencapai orgasme tertingginya. Dari lubang pipisnya meleleh cairan kental. Jumlahnya tidak banyak, mungkin cuma 3 tetes, tetapi jelas sekali meleleh keluar. Melihat reaksi itu, penisku mulai bangun. Belum terlalu sempurna tetapi cukup keras untuk disodokkan ke memek Ninik. Aku langsung menindih Ninik dan terasa memeknya mencekat dan masih ada sisa cenat-cenutnya. Aku genjot langsung dengan gerakan cepat. Nikmat sekali rasanya. Ninik merintih-rintih, dan dia kembali mendapatkan orgasme berkualitasnya. Aku menengarai itu karena Ninik kembali menjerit seperti tadi. Aku tidak memberi kesempatan dia melampiaskan orgasmenya, aku terus menggenjotnya. “ Oom ampun oom udah om, memekku ngilu. Aku tidak memperdulikannya dan terus menggenjot. Sambil mengiba-iba Ninik juga mendesis-desis seperti menikmati persetubuhan ini. Itulah maka aku tega menggenjot terus dan memang benar Ninik kembali menjerit. Pada saat mencapai orgasme, lubang memek terasa lebih nikmat karena makin ketat mencengkeram dan ada ritme di dalamnya. Kuhentikan sebentar sampai orgasmenya tuntas lalu kugenjot lagi. Memeknya terasa makin sempit sehingga aku merasa nikmat dan mengantarku mencapai puncaknya. Aku sudah seperti lupa daratan sehingga ketika mencapai orgasme kubenamkan dalam-dalam penisku ke memeknya. Ninikpun menjerit, rupanya dia juga sampai kepada puncak tertingginya.
“Seru banget mainnya, dan berisik,” kata Rianti yang duduk bersila dengan tubuh telanjang menonton pertempuranku.
“Gila lu Nik kecil-kecil, ngeseknya kuat juga,” kata Rianti mengomentari adik sepupunya.
Aku istirahat sebentar. Ninik sempat tertidur dan mendengkur halus. Kulihat jam sudah menunjukkan jam 8 pagi lewat 10 menit. Aku menggamit Rianti dan membangunkan Ninik. Kami mandi bertiga di kamar mandi sambil saling menyabuni.
Pagi itu badanku terasa ringan sekali. Kami bertiga turun ke coffee Shop untuk sarapan pagi. Ninik terkagum-kagum oleh banyaknya ragam sarapan pagi yang tersedia. Mungkin dia belum pernah mengalami hal semacam ini. Sambil menyantap makanan, Ninik mengusulkan agar bisa menginap semalam lagi di hotel ini. Rianti setuju. Kami memang akhirnya menambah satu malam lagi di hotel. Sepanjang siang aku hanya jalan keluar bersama mereka makan di bawah. Mereka mondar-mandir keluar masuk kamar membawa belanjaan. Rianti dan Ninik memeng kubekali uang yang lumayan banyak untuk sekedar belanja membeli pakaian dan sepatu di mall di bawah hotel.
Hari berikutnya aku menyempatkan ke Bojonegoro membereskan urusanku . Rianti dan Ninik membatalkan pulang kampung. Mereka ikut aku. Dari Bojonegoro aku langsung memboyong mereka ke Surabaya. Di kota Pahlawan itu aku juga memilih hotel yang menyambung dengan Tunjungan Plaza. Mereka senang sekali bebas berkeliaran di mall, sementara aku milih tidur saja dikamar menjaga stamina.
Melawan Rianti, bagiku tidak berat, tetapi melayani nafsu Ninik kecil aku agak kewalahan juga. Kecil-kecil kemauannya besar sekali.
Ninik tidak jadi dipulangkan ke kampung, dia ke Jakarta lagi dan kost bersama Rianti. Rianti memilih tempat kost di dekat tempat kerjanya sehingga dia hanya perlu jalan kaki saja. Aku yang membantu membayar sewa kostnya. Dikala sedang suntuk oleh pekerjaan aku melampiaskan kepada dua memekku itu.

Tolong Hamili Aku

Surya adalah anak tunggal bu Wiwiek. Sejak kelas 1 SMA dia dipindahkan oleh ayahnya ke tempat neneknya bersekolah. Perkenalhain antara Wiwiek dengan suaminya tak terelakkan, setelah menurut suami Wiwiek dia berselingkuh. Perselingkuhan itu memang benar terjadi, tapi hanya lapioran orang, karena Wiwiek jugapintar menjaga rahasia. Setelah sekian tahun berpisah dan kemudian suami Wiwiek sudah berobat kemana-mana dan kontolnya diangap bisa berfungsi, akhirnya mereka rujuk kembali.



Saat itu pun Surya sudah lulusSMA dan dia ditarik kembali ke rumah mereka. Pada saat itu suami WIwiek berada di kota dan sekali seminggu pulang ke kebun teh seluas 20 hektar milik mereka. Wieik sengaja di tempatkan di sana, agar tidak berselingkuh. Mereka hanya berhubungan suami isteri sekali dalam seminggu, itu pun kalau suami Wiwiek tidak sedang sibuk.

Surya langsung ke villa di kebun teh, atas surahan ayahnya, agar dapat istirahat barang seminggu, menunggu pendaftaran di perguruan tinggi ternama. Surya tiba di villa kebun teh dan menekan bell. Villa itu sepi sekali. Surya sudah kedinginan. Bayangkan biasanya di Semarang, lalu piondah ke kebun teh yang sangat dingin di sore hari. Angin berhembus dari segala penjuru ke villa yang tempatnya di ketinggian. Betapa senangnya Wiwiek melihat anaknya muncul di depan pintu. Tinggi. Tiga tahun berpisah, membuatnya sangat rindu dan Surya juga sangat rindu. Langsung Wiwiek memeluk anaknya dan emncium bibirnya. Surya terkejut sekali.

Setelah pintu dikunci dan mereka ke ruang tengah, Wiwiek langsung memeluk Surya dan menciuminya. Tangannya meraba-raba kontol Surya dari balik celananya.
"Mama..."
"Ya sayang. AKu sangat mencintaimu. Aku tak sanggup berpisah denganmu."
Surya heran, kenapa ibunya demikian. Apakah ibunya sudah gila? Melihat tubuh ibunya yang sintal dan semakin cantik dan menggairahkan, Surya bergetar juga. Dengan cepat ibunya melepas dasternya. Cepat pula dia melepas bra dan menurunkan celana dalamnya. Wiwiek yang sudah kesetanan sudah telanjang bulat.
"Mama...?
"Kalau hanya kita berdua, aku bukan ibumu nak. Aku kekasihmu. Puasi ibu nak. Sudah lama aku menungumu. AKu tak pernah selingkuh dengan siapapun. Kini aku juga tidak berselingkuh. Tapi aku ingin bersetubuh denganmu, sayangku, cintaku..." ibunya menciuminya dan melepas satu persatu kanting baruSurya dan melepas semua yang ada. Angi terus berdesir, membawa dingin.
"Kita ke kamar sayang..." diseretnya tubuh Surya ke kamar tidurnya dan pintu dikunci rapat.
"Ayo sayang. Puasi mama Nak. Puasi mama sayang..." Ibunya memeluk dan menioumi Surya yang sudah telanjang dan terbengong seperti terkena stroom. Akhirnya Surya memberikan ciuman hangat pada ibunya. Mereka saling berpelukan.
"Oh... sayang, kontolmu sangat besar dan keras sayang. Belum pernah menusuk memek perempuan lain kan?" kata Wiwiek.
"Belum Ma.."
"Bagus, sekarang puasi ibu nak. Ibu sudah lama tidk terpuasi. Ayo sayang, ayolah..." Ditariknya Surya anaknya itu menindihnya. Disodorkannya teteknya ke mulut anaknya itu.
"Isap sayang-isap. Ayo Nak, puasi ibu nak, ayo sayang..." Surya juga sudah mulai bernafsu. Mereka melupakan diri mereak antara ibu dan anak. Mereka sepadang anak manusia yang benar-benar sedang saling membuituhkan.

Wiwiek tak mampu membendung keinginannya. Dia melakukan berbagai gerakan dari bawah dan anaknya memompanya dari atas. Pergumulan yang keras dan hangat itu membuat keduanya berpelukan rapat dalam udara dingin. Di luar angin terdengan menderu-deru.
"Ayo sayang, buntingi Mama nak. Buntingi Mama Nak, biar papamu merasa anak mu adalah anaknya. Ayo sayang..."
"Ya, Mam.. aku akan membuntingimu."
"Terima kasih sayang... tujah sedalam-dalamnya memek mama sayang. Enak kan? Nikmat, kan? Ayo sayang.... ayo," cerocos Wiwiek pada anaknya. Keduanya sudah tak perduli. Malam sekitar pukul 19.00, pak Amat dan Pak Ujang baru datang menjaga ruah mereka. Itu pun jauh digerbang dan satu atau setengah jam sekali, mereka baru ronda mengelilingi rumah. Sebenarnya di kawasan ityu tak ada maling. Tapi sebagaisebuah rumah besar dan milik bosa harusdijaga, agar kesannya kelihatan lebih elite.
"Habisi mama sayang," teriak Wiwiek. Surya terus menggenjo tubuh ibunya dengan kerakusannya. Suara bunyi air berceipak di dalam memek Wiwiek terdengar sebagai irama musik yang indah. Bibir mereka saling berpagut, lidah mereka saling berkait. Desir angin yang kuat menyelusupdari kisi-kisi jendela membuat mereka dingin. Merekamenutupi tubuh mereka pakai selimut tebal sampai ke leher. Selimut ituseperti bergelombang.

"Kamu ingin punya anak, kan sayang..." kata Wiwiek sembari terus mengguyang pantatnya dari bawah.
"Ingin, Ma. Aku ingin punya anak."
"Nanti kamu harusm enyayanginya ya. Jaga diabaik-baik dan sekolahkan setingi-tingginya."
"Ya. Mam."
"Nah... buntingi mama sayang,.Semprotkan spermamu sebanyak-banyaknyake dalam memek mama sayang. Kontolmu besar dan enak sekali. Ayo Nak," Wiwiek terus menyerocos seperti orang kesurupan. Surya anaknya pun terus memeompa.

"Ma, apa nanti tidak ketahuan?"
"Tidak sayang. Kita jaga rahasia. Ayosayang, buntingi Mama sayang. Mama mau punya anak darimu, bukan dari Papamu sibajingan itu. Ayo sayang, tujah memek mama sepuasmu," kata Wiwiek mendesah-desah. Sesekali dijilatinya leher anaknya, sesekali digigitnya bahu anaknya itu.
"Ma... aku sudah mau keluar Ma..."
"Ya sayang, mama juga sudah mau keluar. Ayolah, kita sama -sama dan keluarkan yang banyak sayang..."
"Ya Mam... ini dia," Surya memeluk mamanyasekuat tenaganya dan tubuhnya kejang. Wiwiek memeluk anaknya dengan kuat dari bawah dan berteriak sekuat tenaganya memenuhikamarnya.
"Buntingi mama sayaaaaaannnngggg..."
"Ya Ma. Mama harusBunting..." Bisik Surya. Merekabepelukan dengan kuat dan saling mendesahkan nafasnya dengan kuat.

"Terima kasih sayang... terima kasih. Doakan mama bunting dan anakmu akan lahir semibilan bula kemudian," kata Wiwiek.
Sejaksat itu, jika hanyamerekaberduadi Villa, keduanyabukan seperti ibu dan anak, melainkan sebagai sepadang kekasih. Setiap hari mereka berpelukan, berciuman, bermesraan dan saling membelai. Setiap sabtu, suami Wiwiek pulang ke villa. Mereka pastimelakukan persetubuhan. Ya.. hanya sekali dealam seminggu. Biasanya Wiwiek akan selalu dingin, walau nafas suaminya sudah ngos-ngosan. Sabtupagi, biasanya suaminya pulang ke kota dan Surya berangpat senin pagi, karean dia pada senin kuliah siang. Saat itu, mereka lakukan dengan penuh kemesraan dan penuh kenikmatan.

"Sayang... rabalah perut Mama syang. Bayimu sudah ada didalam. Sudah tiga minggu menurut dokter," kata Wiwiek senang. Surya senang sekali. Bayinya sudah tumbuh dalam rahim ibunya.
"Bayi ini, hasil kontolmu sayang," kata Wiwiek.
"Ya Ma. Mama harusmenjaga anakku dengan baik," kata Suryua.
"Anak kita sayang. Anak kita berdua. Ingat itu. Dan ini rahasia kita."
"Ya Ma."
"Kamu mau punya anak berapa dari mama sayang?"
"Dua Ma. Bila aku sudah tmat kuliah, mereka sudah masuk TK dan play grup. Saat aku belum berusia 40 tahun, mereka sudah sarjana, Ma."
"Ya sayang. Tapi Mama mau dientitilagi sayang. Puasi mama sayang.Mama tak pernah puas akan kontolmu sayang."
"Ya, Ma. Kontolku akan memuaskan Mama"
Merekabergumuldan saling memeluk, memeblai, menjilat dan memberikan yang terbaik pada lawannya. Keduanyapuas dan sangat menikmati hari-harimereka. Papa Suryajuga senang, karean sebentar lagi, diamengira anaknya akan lahir. Setiap kali dia mengelus perut Wiwiek, Wiwiek tersenyum dan dari beberapa meter, Surya mencibirkan bibirnya. Wieik melihat itu.

Dua tahu kemudian, Wiwiek bunting lagi. Surya senang bukan main. Tapi kali ini, ini diapunya rencana. Diamembubuhi beberapatetes racun ke dalam gelas papanya. Itu disaksikan oleh Wiwiek dan Wiwiek tersenyum. Setiap pulang ke Villa, Papanya ditetesi dua tiga tetes ke gelas minumnya. Terkadang bahkan dua sampai tiga akli.
Saat kandungan Wiwiek sudah tujuh bulan, Suami Wiwiek terjatuh di kantornya dan harus dibawa ke rumahsakit. Tiga hari di rumahsakit, suaminya mati.

"Ma... suami mu swudah mati," kataSurya melaluio telepon saat menyetormobilnyamenuju Jakarta.
"Hahahaha... baguslah. Kamu urus kuburannya. Malam ini Mama ke Jakarta," kata Wiwiek. Wiwiek menangis sejadi-jadinya di hadapan jenazah suaminy. Semua orang terharu. Semuanyamengucapkan rasa belasungkawa. Esoknya jenazah suaminya di makamkan. Malam itu juga mereka pulang ke villa, karean dia akan tahlilbersama para karyawan di villa. Semua orang dapat mahfum.
Setiap malam seusai tahlil, Surya dan Wieiek tidur sekaramar dan berpelukan dengan mesra.
"Semua orang tau, Mama sudh bunting sayang. Sekarang tak ada lagi yang menghalangi kita. Kita bebas," kara Wiwiek. Surya tersenyum.
"Kalau bayi ini sudah lahir, rahim mama harus ditutup agar takbunting lagi," kata Surya.
"Ok sayang. Mama juga berpikiran seperti itu."

Ngentot Di Rumah Orang Tua

namaku Irma tapi biasa dipanggil I’in oleh orang di rumah. Aku sulung dari 4 bersaudara yang semuanya perempuan. Saat ini usiaku 34 tahun dan adik bungsuku Tita 21 tahun. Aku sangat menjaga bentuk tubuhku, dengan tinggi badan 167 cm dan berat badan 59 kg, tidak ada yang menyangka kalau aku sudah memiliki 2 orang anak yaitu Echa 6 dan Dita 3 tahun. Kalau kata suamiku, teman-temannya sering memuji tubuhku, terutama pada bagian pinggul dan tetekku yang berukuran 34B hingga terlihat sangat seksi jika sedang mengenakan baju yang pressed body.


Percumbuanku dengan Hasan terus berlanjut tanpa pernah ada halangan yang benar-benar mengganggu,  seperti jika suamiku datang dari kota tempat dia bekerja, atau “tamu” wanita yang datang rutin tiap bulannya. Setiap kali bercumbu dengannya aku selalu mendapatkan kenikmatan orgasme yang tak terhingga, mulai dari gaya yang baru sampai tempat-tempat yang selama ini tak pernah kukira akan dapat melakukan hubungan sex di sana hingga itu membuatku semakin merasa terikat dan sulit untuk dapat lepas darinya.




Salah satu tempat yang sangat berkesan olehku adalah saat kami berdua melakukannya di rumah orang tuaku. Itu semua berawal dari keberangkatan kedua orang tuaku kekota Bpp karena ada keluarga yang akan menikah, rencananya mereka akan menginap satu malam di sana. Atas permintaan Tita, aku dan kedua anakku diminta bermalam karena dia takut kalau harus sendirian. Selain itu atas izin ayah kami, Hasan diminta Tita untuk bermalam dan keberadaanku di sana bertindak untuk menjaga kalau sampai mereka kelepasan.



Ternyata Hasan memiliki kejutan yang dia persiapkan begitu mendengar kalau aku juga akan ikut bermalam di sana. Malam itu sekitar jam 20:10, kami baru saja selesai makan malam. Setelah menyikat gigi, aku menidurkan kedua anakku di kamar yang dulu kutempati. Setelah 10 menit aku yakin kalau kedua anakku telah tertidur pulas, aku mematikan lampu dan keluar pelan-pelan dari kamar itu. Saat sampai di depan TV aku mencari Tita, tapi dia tidak ada di sana sementara Hasan sedang asyik di sofa sambil tidur-tiduran di sana. Lalu aku mencarinya di dapur, kuketuk pintu WC, di sana tidak ada juga. Akhirnya aku kembali ke ruang tengah.

“Geser dikit San. . Kamu lihat Tita nggak. . ?” tanyaku padanya.

“Sudah tidur Kak. .” jawab Hasan sambil duduk.

“Tumben sudah pulas jam segini. . Biasanya juga jam 10? komentarku.

Hasan tersenyum mendengar perkataanku, lalu dia merapatkan posisi duduknya ke tubuhku. Sementara matanya menatap tajam ke arahku dari atas sampai ke bawah. Walau tahu sedang dipelototi aku pura-pura cuek sambil menonton TV.



Malam itu aku mengenakan T-shirt tipis tanpa lengan yang lebih mirip singlet warna putih dengan dalaman BH warna hitam. T-shirt itu agak longgar, tapi tidak dapat menyembunyikan bentuk lekukan yang menonjol di dadaku. Tipisnya kain T-shirt dan BH yang kupakai membuat bentuk puting tetekku secara samar bisa terlihat. Dengan belahan dada T-shirt yang rendah membuat kedua tetekku akan terlihat dengan jelas jika sedang membungkuk sedikit saja.

Bawahanku adalah celana ketat selutut yang juga warna putih. Celana ketat itu memamerkan keindahan garis tubuhku pada bagian bawah. Lekukan pinggul dan pantatku yang sekal tercetak secara nyata di celana yang kukenakan saat itu. Sebenarnya aku memakai semua itu untuk menyenangkan Hasan, tapi aku tak mau mengatakannya karena aku sengaja ingin membuatnya menjadi panas dingin. Selain itu aku tak ada rencana untuk bercinta dengannya karena kondisi yang kurang mendukung, apa mau dikata rencana tinggal rencana.



“Kakak seksi banget malam ini. . Aku jadi terangsang nih” bisik Hasan di telingaku sebelah kiri.

“Jangan San. . ini di rumah ayah. .” aku menolak sambil mendorong dadanya dengan kedua tanganku.

“Nggak apa Kak. . Toh mereka juga nggak bakal tahu. .” kata Hasan sambil meremas tetekku.

“Mmmh. . Tapi. . Ada. . Tita di kamar. . Kalo dia. . Akkh. . Bangun. . Gimana. . ?” ujarku sambil mencoba menahan kedua tangannya yang mencoba menelusup ke dalam T-shirt yang aku kenakan.

“Tenang aja Kak. . Aku udah masukin obat tidur ke dalam teh yang dia minum tadi. . Kalo kakak nggak mau. . Aku tidur sama Tita aja dah. .”

Mendengar perkataannya itu, aku kaget bukan kepalang. Selain masalah obat tidur, aku takut kalau Hasan akan benar-benar meniduri Tita malam ini. Selang beberapa waktu aku tenggelam dalam pikiranku,  dan saat aku sadar ternyata tubuhku bagian atas tinggal tertutup oleh BH yang kaitannya telah

terlepas.

“Oke San. . Kakak mau. . Tapi jangan disini. .” pintaku pada Hasan.

“Terserah kakak aja. .” kata Hasan sambil menghentikan kegiatannya.

“Setengah jam lagi kamu masuk ke kamar. . Kakak mau siap-siap dulu. .”

Hasan mengangguk, lalu mengangkat tubuhnya yang sedang menindihku yang sudah setengah telanjang.

Setelah mengenakan kembali BH dan T-Shirt yang tadi dipreteli oleh Hasan, aku langsung berdiri. Saat hendak melangkah, tiba-tiba Hasan merangkul pinggulku, kepalanya langsung tenggelam di pangkal pahaku sementara kedua tangannya meremas pantatku. Aku mendesah saat merasakan lidahnya yang menusuk-nusuk celana tipis yang kukenakan. Selang 5 menit kemudian Hasan melepaskan tubuhku dan membiarkan aku berjalan ke kamar.



Masuk ke kamar orang tuaku, pintu langsung kututup dan kulepaskan semua kain yang melekat di tubuhku kemudian dengan setengah berlari aku masuk ke toilet yang terdapat di kamar tersebut. Kuambil sabun sirih khusus untuk membersihkan alat vital wanita lalu kubersihkan kelaminku dengan sabun itu.

Sekitar sepuluh menit kemudian aku keluar dan langsung duduk di meja rias ibuku. Kuperhatikan tubuhku di cermin, sepasang tetek berukuran 34B yang montok dan kenyal menggelantung indah dan menggairahkan. Kuturunkan mataku ke bawah, memekku yang merah terlihat dengan jelas tanpa terganggu oleh rambut kemaluan yang baru tumbuh pendek. Itu karena beberapa hari yang lalu rambut itu telah dicukur habis oleh suamiku.

Kuambil parfum khusus wanita milik ibu dan kusemprotkan ke beberapa bagian tubuh. Seluruh bagian leher, ketiak, tetek, perut dan paha. Semua itu adalah bagian tubuh yang biasa dijilat Hasan jika sedang mencumbuku. Tanpa mengenakan dalaman, kukenakan kimono tidur milik ibuku dan mengikat tali di pinggangnya. Kukecilkan volume cahaya kamar agar menjadi lebih romantis. Saat akan bercinta dengan suami saja aku tak pernah melakukan persiapan seperti saat itu, Hasan benar-benar telah membiusku.  Setelah itu aku naik ke atas kasur. Kupeluk guling sambil menunggu Hasan masuk, aku merasa deg-degan seperti saat melalui malam pertamaku dengan suami.



Selang beberapa waktu kemudian kudengar pintu kamar diketuk, kupejamkan mata sambil bergulung ke arah kanan. Kemudian terdengar suara pintu dibuka lalu ditutup kembali, suara langkah kaki terdengar mendekat ke arahku. Hasan memanggil-manggil namaku, tapi aku pura-pura tertidur dan tak menjawabnya.

Kurasakan kasur agak bergerak, rupanya Hasan sudah naik ke atasnya. Tangannya menyentuh bahuku dan menggoyangnya, aku masih berpura-pura tertidur. Kemudian dia mengubah posisi tubuhku dengan menelentangkannya, guling yang sedang kupeluk diambilnya. Setelah itu terasa tali kimonoku ditariknya, dan saat Hasan membuka kimono yang kukenakan, hawa dingin ruangan menyengat tubuhku bagian depan. Tak ada gerakan setelah itu, tapi aku yakin kalau saat ini Hasan sedang memandangi tubuhku bagian depan yang sudah terbuka lebar.



Selama beberapa saat aku tidak merasakan ada gerakan, ini membuatku hendak membuka mata karena penasaran. Tiba-tiba aku merasakan angin hangat pada pangkal pahaku, kubuka mataku sedikit, ternyata angin hangat tadi disebabkan oleh Hasan yang bernafas di selangkanganku. Pasti dia sedang menikmati wangi sabun sirih yang kupakai barusan. Hembusan nafas dari hidungnya bertiup ke arah pintu liang memekku. Ini menimbulkan sensasi nikmat tersendiri dalam tubuhku.

Hasan terus menghembuskan nafasnya di bagian bawah perutku, rasa geli dan nikmat bercampur menjadi satu dan merangsang tubuhku. Aku mencoba bertahan dan melawan kenikmatan yang terus menyerang, tapi tubuhku berkata lain. Kurasakan ada cairan hangat yang mengalir keluar dari memekku,  padahal Hasan hanya menghembuskan nafas saja tanpa melakukan penetrasi yang lain.

Seiring keluarnya cairan hangat dari memekku, udara hangat dari hidung Hasan mulai naik ke atas. Udara itu berputar-putar sejenak di lubang pusar, kemudian menjelajahi setiap jengkal kedua tetekku, bergerak ke atas lagi hingga ke leher. Di sini dia bergerak bolak-balik dari kanan ke kiri. Semua perbuatan Hasan itu membuatku semakin terangsang dan hampir saja kehilangan kontrol,  berkali-kali aku ingin mengerang saat hidungnya menggesek-gesek puting tetekku.

“Sampai kapan mau tidur Kak. . ?” bisik Hasan di telinga kiriku sementara salah satu tangannya memelintir puting tetekku sebelah kanan.

“Aucch. . Sshh. . Ampuun Saan. . Aku dah banguunn” erangku sambil membuka kedua kelopak mata.

Astaga ternyata Hasan sudah hanya mengenakan CD. Wajah Hasan tampak jelas sekali di hadapanku, ada senyum nakal penuh kemenangan di sana. Kubalas senyumnya dan dengan penuh hasrat kulingkarkan kedua tanganku di lehernya. Kutarik wajah Hasan lebih mendekat ke arahku sampai bibir kami berdua bertemu dan langsung beradu.



Bibir Hasan langsung saja melumat bibirku seakan ingin menelannya, lidahnya menusuk ke dalam rongga mulutku dan mencari-cari lidahku. Aku tak mau kalah, kujulurkan lidahku untuk menggelitik rongga mulut Hasan, ia terpejam merasakan seranganku. Tapi dia tak membiarkan aku mengendalikan permainan kami malam itu, dia melepaskan ciumannya dari bibirku dan menciumi wajahku sesuka hati. Sesekali dia mengulum bibirku, lalu menjilati wajahku. Aku semakin mengeratkan rangkulan tanganku pada lehernya. Ingin rasanya aku menjerit sekeras mungkin saat merasakan cumbuannya yang semakin liar saja, setelah menggerayang ke leher bibirnya terus turun hingga sampai ke atas tetekku. Aku menahan nafas manakala bibirnya mulai menciumi kulit di seputar tetekku. Lidahnya menari-nari dengan bebas menelusuri kemulusan kulit sepasang tetekku yang sekal dan menggairahkan.



Nafas Hasan menderu semakin kencang disertai suara kecipak mulutnya yang dengan penuh hasrat melumat tetekku yang montok seolah ingin merasakan setiap inci kekenyalannya.

Dari bibirku meluncur desisan dan rintihan nikmat, sementara tanganku meremas rambut Hasan dan menekan kepalanya ke dadaku. Rangsangan maha dahsyat menghajar tubuhku manakala bibir Hasan mulai menjilat dan mengulum puting tetekku yang telah mengeras. Dengan lihai lidahnya menyapu seluruh permukaan putingku secara bergantian, aku mengerang halus tiap kali bibir Hasan berhenti di salah satu puting tetekku. Kemudian ia mulai menyedot-nyedot putingku yang malang itu sebelum mengakhirinya dengan sebuah gigitan halus dan menariknya perlahan dengan giginya yang putih.



Saat Hasan melakukan itu, puting tetekku yang lain tidak dibiarkannya menganggur begitu saja. Dengan nakal jari-jari tangan Hasan memilin dan memelintir puting tetekku ini. Dan jika dia telah menggigit salah satu di antaranya, maka tangannya akan memencet puting yang lain dan menariknya dengan penuh gairah. Dan itu dilakukan Hasan bergantian kepada kedua puting tetekku secara berulang-ulang.

Perbuatannya itu makin membuatku lupa daratan dan serasa melayang-layang di awan di Rumah Orang Tuaku 2

“Saann. . !” Jeritku lirih memanggil namanya saat untuk yang kesekian kali, puting tetekku disedotnya kuat-kuat.

Aku menggelinjang kegelian. Hisapan itu nikmat luar biasa. Selangkanganku semakin basah dan meradang. Tubuhku menggeliat-geliat bagai ular kepanasan mengimbangi permainan lidah dan bibir Hasan di tetekku yang terasa semakin menggelembung keras.

“Oohh Kak. . Teteknya bagus banget. . Mmphh. . Wuih. . Montok banget. .” rayu Hasan sambil terus memainkan sepasang tetekku.



Tubuhku terus menyambut hangat setiap kecupan mesra bibirnya. Badanku melengkung dan dadaku kubusungkan untuk mengejar kecupan bibir Hasan. Lalu kudorong kepala Hasan ke bawah menyusur perutku. Dia mengerti dengan apa yang kuinginkan saat ini. Dengan nafas menggebu-gebu, ia mulai bergerak. Kedua tangan Hasan menyelusup ke bawah tubuhku dan mencekal pinggang, mengangkat pinggulku dan meloloskan kimono yang tersangkut di bawah kemudian mencampakkannya entah ke mana. Kini aku benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menghalangi. Kulirik Hasan yang terpesona memandangi ketelanjanganku. Gairahku semakin meletup melihat tatapan penuh birahi Hasan,  membuatku begitu bangga dan tersanjung. Walau sudah sering melihatnya, tetap saja Hasan terkagum- kagum jika melihatku dalam keadaan telanjang seperti ini. Mataku melirik ke bawah melihat tonjolan keras di balik CD-nya. Dadaku berdegup, selangkanganku berdenyut dan semakin membasah oleh gairah membayangkan kontol keras dibalik CD-nya.

“Saann. . Nnghh. . Jangan diliatin aja. . Dingin nih. .” rengekku manja dengan gaya yang genit. Hasan seperti tersadar dari lamunannya, dan mulai beraksi lagi.

“Abisnya badan kakak seksi banget sih. . Gak bosen aku ngeliat ni badan kalo lagi telanjang. .” katanya seraya melepaskan CD hingga kini kami sama-sama telanjang.



Kulihat kontolnya yang keras itu meloncat keluar seperti ada pernya begitu lepas dari kungkungan CD. Mengacung tegang dengan gagahnya, besar dan panjang. Terlihat olehku otot-otot melingkar di sekujur kontol itu. Aku sudah tak sabar lagi ingin merasakan kekerasannya dalam genggamanku. Yang dimiiki Hasan ini membuat punya suamiku seperti milik anak kecil saja. Segera kusambut tubuh Hasan yang menindih badanku lagi.

Aku langsung menyambut hangat ciuman Hasan sambil merangkulnya dengan erat. Ciuman itu benar-benar membuatku terhanyut oleh gairah yang semakin meninggi. Terlebih lagi saat kurasakan kontol Hasan yang keras menggesek-gesek perutku, gairahku semakin meledak-ledak dibuatnya. Hasan kembali menciumi tetekku, kurasakan dan kuresapi setiap remasan dan hisapannya dengan penuh kenikmatan. Aku tak mau berdiam saja diwanja seperti itu.



Dengan nakal tanganku menggerayang ke sekujur tubuh Hasan, bergerak perlahan namun pasti ke arah kontolnya. Hatiku berdesir kencang saat merasakan kontol nan keras itu dalam genggamanku,  kutelusuri mulai dari ujung sampai ke pangkalnya. Jemariku menari-nari lincah menelusuri urat-urat yang melingkar di sekujur kontolnya. Kudengar Hasan mengeluh panjang. Kuingin dia merasakan kenikmatan yang kuberikan. Ujung jariku menggelitik moncongnya yang sudah licin oleh cairan. Lagi-lagi Hasan melenguh, kali ini lebih panjang.



Tiba-tiba saja dia membalikkan tubuhnya, kepalanya persis berada di atas selangkanganku sementara miliknya persis di atas wajahku. Kulihat kontol Hasan bergelantungan, ujungnya menggesek -gesek wajahku hingga dengan refleks mulutku langsung menangkap kontol itu. Kukulum pelan-pelan dengan penuh perasaan. Hasan sepertinya tidak mau kalah dengan gerakanku yang agresif.

Lidahnya menjulur menelusuri garis memanjang bibir memekku.

Hal ini membuatku terkejut, tubuhku bergetar seakan diserang listrik. Kurasakan darahku berdesir kemana-mana, sementara lidah Hasan bermain semakin lincah. Menjilat, menusuk-nusuk, menerobos rongga rahimku. Ini membuatku seperti melayang-layang di atas awan. Nikmatnya sungguh tidak terkira,  pinggulku tak bisa diam mengikuti kemana jilatan lidah Hasan berada. Tubuhku seperti dialiri listrik berkekuatan tinggi. Gemetar menahan desakan kuat dalam tubuhku. Aku semakin tak tahan menerima berbagai kenikmatan yang dibuat oleh lidah Hasan. Perutku mengejang,  kakiku merapat, menjepit kepala Hasan. Seluruh otot-ototku menegang, dan jantungku serasa berhenti berdetak. Sekuat tenaga aku bertahan sampai akhirnya tubuhku tak mampu lagi menahan kenikmatan gelombang orgasme yang meledak-ledak.



Diiringi jeritan lirih dan panjang, tubuhku menghentak berkali-kali mengikuti semburan cairan hangat dalam memekku. Aku terhempas di atas ranjang dengan tubuh lunglai tak bertenaga. Lagi-lagi puncak kenikmatan orgasme yang kuraih bersama Hasan terasa dahsyat dan luar biasa.

“Oohh. . Ssann. . Nghh. . Enak sekali. .” rintihku tak kuasa menahan diri.

Mengapa kenikmatan seperti ini tak bisa lagi kudapatkan dari suami yang sangat kucintai, yang ada hanya rasa menggantung jika sedang bercumbu dengannya. Semenatara Hasan memberikan kenikmatan tak terhingga setiap kali kami bercinta. Sambil menetralisir nafasku yang naik-turun tak karuan, kulihat Hasan tersenyum di bawah sana. Dia pasti sangat bangga dengan kehebatannya bercinta karena selalu mampu membuatku mencapai puncak kenikmatan orgasme yang sejati.



Hasan tahu bahwa suamiku tidak dapat memuaskan tubuhku seperti saat dia mencumbuku. Aku tak bisa berbuat banyak, karena kuakui kalau aku sangat membutuhkannya saat ini. Membutuhkan apa yang sedang kugenggam dalam tanganku ini, benda yang berulang kali telah memberikan kenikmatan lebih daripada apa yang kurasakan barusan. Hasan masih menjilati sisa-sisa cairan yang keluar dari memekku.



Jemariku meremas-remas kembali kontolnya. Kukocok perlahan lalu kumasukkan ke dalam mulutku, kukulum dan kujilat-jilat. Kurasakan tubuh Hasan meregang dan dari mulutnya keluar rintihan kenikmatan. Aku tersenyum melihatnya seperti itu, aku ingin memberi kepuasan pada Hasan seperti dia telah memuaskan tubuhku. Kulumanku semakin panas, lidahku melata-lata liar di sekujur kontolnya.

Terdengar suara kuluman mulutku, sementara Hasan terus merintih-rintih keenakan. Dia menggerakkan tubuhnya di atasku seperti sedang bersenggama, hanya saja saat itu kontol kelaminnya menancap dalam mulutku. Kuhisap dan kusedot kuat-kuat, tapi dia belum memperlihatkan tanda-tanda akan segera mencapai klimaks. Mulutku mulai terasa kaku karena kelelahan sementara gairahku mulai bangkit kembali, memekku sudah mulai mengembang dan basah lagi. Sementara kontol Hasan masih tegak dengan gagah perkasa, bahkan lebih keras.

“Udah Kak. . Ganti posisi aja ya. .” kata Hasan seraya membalikkan tubuhnya dalam posisi umumnya bersetubuh.

Dasar pejantan tangguh pujiku dalam hati. Hasan memang piawai dalam bercinta, padahal baru sebulan kami berhubungan, dia sudah sepandai ini, batinku. Dia tidak langsung memasukkan kontol kelaminnya dalam lubang memekku, tetapi digesek-gesekkan dahulu di sekitar bibir memekku. Dengan sengaja ia menekan seperti hendak dimasukkan, tetapi kemudian di gesekan kembali ke ujung atas bibir memekku hingga menyentuh itil. Ngilu, enak dan entah apa rasanya.

“Saann. . Aduuhh. . Aduuhh saann! Sshh. . Mmppffhh. . Ayo saann. . Masukin aja. . Nggak tahann. .” pintaku menjerit-jerit tanpa malu.

Aku hampir mencapai orgasme lagi saat membayangkan betapa nikmatnya saat kontol Hasan yang perkasa itu mengisi memekku yang masih rapat dan singset terawat.

“Udah nggak tahan ya. . Kak. .” candanya hingga membuatku blingsatan menahan nafsu.

Aku gemas sekali melihatnya menyeringai seperti itu. Aku langsung menekan pantat Hasan dengan kedua tanganku sekuat tenaga. Hasan sama sekali tak menyangka akan hal itu, ia tak sempat lagi menahannya.

Maka tak ayal lagi kontol Hasan melesak ke dalam memekku. Aku segera membuka

kedua kakiku lebar-lebar, memberi jalan seleluasa mungkin bagi kontol kelamin perkasa itu. Terasa kontol itu sangat sesak sehingga membuat memekku terkuak lebar-lebar.

Kulihat wajah Hasan terbelalak tak menyangka akan perbuatanku. Ia melirik ke bawah melihat seluruh kontolnya telah terbenam dalam memekku. Aku tersenyum menyaksikannya, Hasan balas tersenyum.

“Kakak nakal ya. . Awas. . Ntar aku bikin mati keenakan.”  ujarnya.

“Mau doongg. .” jawabku genit sambil memeluk tubuh kekarnya.

Hasan mulai menggerakkan pinggulnya, pantatnya kulihat naik turun dengan teratur. Kadang-kadang digoyang-goyangkan sehingga ujung kontolnya menyentuh seluruh relung-relung memekku. Aku turut mengimbanginya, pinggulku berputar penuh irama. Bergerak patah-patah, kemudian berputar lagi.

Efeknya luar biasa, Hasan memuji-muji goyanganku. Dia belum pernah melihat aku begitu bergairah sampai bisa bergoyang sehebat ini.

Aku semakin bergairah, pinggulku terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-ngedutkan otot memekku. Ini membuat Hasan merasa kontolnya seperti dikulum-kulum dalam jepitan memekku.

“Akkhh. . Kaa. . Eennaakkhh. . , hebaathh. . Uugghh. .” erangnya berulang-ulang. Sementara tangan Hasan semakin kuat meremas-remas dan memilin-milin puting tetekku dan bibirnya terus menyapu seluruh wajahku hingga ke leher, Hasan semakin mempercepat irama tusukannya, kurasakan kontolnya yang besar keluar masuk memekku dengan cepatnya. Aku berusaha terus mengimbangi kecepatan gerak pinggul Hasan, dan harus kuakui permainan Hasan sangat luar biasa. Aku bisa merasakan bagaimana rasa nikmat yang berawal dari memekku mulai menjalari seluruh tubuhku, tanda bahwa puncak orgasme mulai merasuki tubuhku.



Sementara Hasan nampak berusaha keras untuk bertahan, padahal tubuhnya juga mulai mengejang-ngejang tak karuan. Aku merasa kalau dia juga hampir mencapai klimaks. Pinggulku meliuk-liuk semakin liar,  sementara pantat Hasan mengaduk-ngaduk kewanitaanku semakin cepat. Semakin cepat tak beraturan,  sehingga aku yakin kalau dia akan segera mengeluarkan sperma hangatnya dalam memekku.

Tetapi secara tiba-tiba saja aliran kencang berdesir dalam tubuhku. Nampaknya tubuhku juga sudah hampir tidak tahan menerima rangsangan Hasan terus-menerus. Memekku terasa merekah semakin lebar, kedua ujung puting tetekku semakin mengeras, mencuat berdiri tegak. Bibir Hasan langsung menangkapnya, dan menyedot kuat-kuat kemudian menjilatinya dengan penuh nafsu. Aku membusungkan dadaku sebisa mungkin dan oohh. . Rasanya aku tak kuat lagi bertahan.

“Ssaann. . ! Cepat keluarin doonng. . !” teriakku sambil menekan pantatnya kuat-kuat agar kontolnya lebih masuk ke selangkanganku.

Beberapa detik kemudian tubuhku bergetar hebat, diiringi oleh gelombang rasa nikmat tak terhingga saat cairan hangat menyembur dari memekku. Bersamaan dengan itu, tubuh Hasan bergetar keras yang diiringi semprotan cairan hangat dari kontolnya di dalam memekku.

Hasan langsung memeluk tubuhku erat-erat, dengan penuh perasaan aku membalas pelukan itu. Kami lalu bergulingan di ranjang merasakan kenikmatan puncak permainan cinta ini dengan penuh kepuasan. Kami merasakan dan meresapinya bersama-sama, peluh yang membasahi tubuh kami berdua menjadi satu dan tak kami pedulikan lagi. Bantal dan guling berjatuhan ke lantai. Sprei berantakan tak karuan terlepas dari ikatannya.



Eranganku, jeritan nikmatku saling bersahutan dengan geraman Hasan. Kakiku melingkar di sekitar pinggangnya, sementara bibirnya terus menghujani sekujur wajah dan leherku dengan ciuman-ciuman lembut. Aku masih bisa merasakan kedutan-kedutan kontol Hasan yang perkasa menggesek

dinding memekku. Nikmat sekali permainan cinta yang penuh dengan gelora nafsu birahi ini.



Aku termenung merasakan sisa-sisa akhir kenikmatan ini. Tak kusangka kalau aku akan berhubungan badan dengan Hasan di kamar orang tuaku. Dia memang seorang laki-laki jantan yang selalu memberi kejutan setiap kali kami bercinta. Setelah itu kami berdua tertidur dengan posisi aku menindih tubuhnya, sementara kontolnya masih menancap di dalam memekku.